Peristiwa Internasional

"Usir" Warga Palestina di Rafah, Israel Siapkan Kekuatan Ekstrem

Senin, 06 Mei 2024 - 19:12 | 12.85k
Orang-orang mengambil kantong tepung dari truk setelah militer Israel mulai mengevakuasi warga sipil Palestina menjelang ancaman serangan di Rafah (FOTO: Al Jazeera/Reuters)
Orang-orang mengambil kantong tepung dari truk setelah militer Israel mulai mengevakuasi warga sipil Palestina menjelang ancaman serangan di Rafah (FOTO: Al Jazeera/Reuters)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Militer Israel, Senin (6/5/2024) "mengusir" warga Palestina untuk keluar dari Rafah timur, dan mereka memperingatkan akan menggunakan “kekuatan ekstrim” di Gaza selatan.

Perintah tersebut menyusul pemboman hebat Israel tadi malam yang menyebabkan 22 orang di Rafah meninggal dunia termasuk delapan anak-anak.

Sebelumnya pada hari Minggu, Hamas menembakkan roket ke penyeberangan Karem Abu Salem, dan mentebabkan tiga tentara Israel mati.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mendesak 100.000 orang di Rafah untuk pergi ke zona kemanusiaan, dan mereka akan beroperasi dengan “kekuatan ekstrim” di wilayah tersebut, setelah perundingan gencatan senjata menemui jalan buntu

Kepada pihak Amerika Serikat, Israel mengatakan, mereka tidak mempunyai alternatif lain selain tindakan militer di Rafah

"Saat ini Israel sedang mempersiapkan “operasi evakuasi terbatas," kata Letkol Nadav Shoshani kepada The Washington Post.

Suhail al-Hindi, anggota biro politik Hamas mengatakan kepada The Washington Post, bahwa Rafah akan menjadi kuburan bagi tentara Israel. "Rakyat dan perlawanan kami tetap tangguh," katanya.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga sudah tidak peduli dengan tekanan Internasional agar menghentikan perangnya di Gaza itu.

Berpidato pada upacara peringatan Holocaust, Minggu (5/5/2024), dengan berapi-api ia mengatakan, menolak tekanan internasional  untuk menghentikan perang di Gaza.

"Jika Israel dipaksa untuk berdiri sendiri, Israel akan berdiri sendiri," kata Netanyahu dengan sombong.

Yom Hashoah, hari peringatan Israel atas 6 juta orang Yahudi yang dibunuh oleh Nazi Jerman dalam Holocaust, adalah salah satu tanggal paling khidmat dalam kalender negara tersebut.

Para pemimpin dunia mendesak Israel dan Hamas di Gaza untuk menyetujui gencatan senjata.

"Saya katakan kepada para pemimpin dunia, tekanan apa pun, keputusan apa pun dari forum internasional mana pun tidak akan menghentikan Israel untuk membela diri. Tidak akan terjadi sekarang," kata Benjamin Netanyahu.

Benjamin Netanyahu juga menyamakan gelombang protes baru-baru ini di kampus-kampus Amerika dengan universitas-universitas di Jerman pada tahun 1930-an, yang mengarah ke Holocaust.

Israel dan Hamas saling menyalahkan di tengah sedikitnya tanda-tanda terobosan dalam gencatan senjata dan perundingan penyanderaan

Benjamin Netanyahu mengatakan, dia tidak bisa menerima tuntutan Hamas agar mengakhiri perang di Gaza.

Netanyahu menuduh Hamas membuat tuntutan yang tidak bisa diterima dalam perundingan di Kairo, Mesir. Ia menambahkan, bahwa Israel telah menunjukkan kesediaan untuk mengambil langkah jauh dalam perundingan tersebut.

Dia mengatakan tuntutan Hamas agar Israel menarik diri dari Gaza tidak mungkin dilakukan.

"Hamas tetap mempertahankan posisi ekstremnya, yang paling utama adalah tuntutan untuk menarik seluruh pasukan kami dari wilayah tersebut, mengakhiri perang, dan membiarkan Hamas tetap utuh. Negara Israel tidak dapat menerima hal ini," tegasnya 

“Kami belum siap menerima situasi di mana batalyon Hamas keluar dari bunker mereka, kembali menguasai Gaza, membangun kembali infrastruktur militer mereka, dan kembali mengancam warga Israel di permukiman sekitar, di kota-kota di selatan. , di seluruh bagian negara.”

“Israel tidak akan menyetujui tuntutan Hamas, yang berarti menyerah, dan akan terus berperang sampai semua tujuannya tercapai,” kata Netanyahu.

Pada Minggu malam, sumber Mesir yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan kepada CNN bahwa Mesir telah menerima tanggapan Hamas terhadap proposal gencatan senjata dan menyampaikannya ke pihak Israel.

“Beberapa alternatif dan skenario diusulkan untuk mengatasi perdebatan utama terkait mengakhiri perang,” kata sumber tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama karena dia tidak berwenang berbicara kepada media.

Sumber tersebut juga mengkonfirmasi bahwa delegasi Hamas akan meninggalkan Kairo menuju Doha pada Minggu malam “untuk melakukan konsultasi internal mengenai apa yang dibahas selama putaran perundingan di Kairo.”

Di tengah ketegangan negosiasi yang sedang berlangsung, Israel sedang mempersiapkan serangan darat ke kota Rafah di Gaza selatan dimana sekitar 1,5 juta warga Palestina diperkirakan berlindung setelah melarikan diri dari pertempuran di utara.

AS berupaya meningkatkan tekanan terhadap Hamas agar menerima kesepakatan tersebut, sekaligus berupaya mencegah militer Israel bergerak menuju Rafah.

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kembali mengadakan putaran perundingan berisiko tinggi di Israel pada hari Rabu.

Namun perundingan itu buntu, dan militer Israel, Senin (6/5/2024) "mengusir" warga Palestina agar keluar dari Rafah timur, dimana mereka memperingatkan akan menggunakan "kekuatan ekstrim" di Gaza selatan.(*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES