Politik Pilkada 2024

Blusukan di Eks Lokalisasi Turian Banyuwangi, Gus Munib Bagikan Peralatan Sholat

Kamis, 02 Mei 2024 - 21:24 | 69.87k
Bakal Calon Bupati (Cabup) Banyuwangi, Jawa Timur, Dr. Kh. Ahmad Munib Syafaat, Lc., M.E.I, saat blusukan ke eks lokalisasi Turian, Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Bakal Calon Bupati (Cabup) Banyuwangi, Jawa Timur, Dr. Kh. Ahmad Munib Syafaat, Lc., M.E.I, saat blusukan ke eks lokalisasi Turian, Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
FOKUS

Pilkada 2024

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bakal Calon Bupati (Cabup) Banyuwangi, Jawa Timur, Dr. Kh. Ahmad Munib Syafaat, Lc., M.E.I, terus blusukan untuk memperkenalkan diri. Sekaligus merangkai benang kusut berbagai permasalahan yang dialami masyarakat.

Dan sepertinya, masyarakat rentan kalangan kaum hawa menjadi fokus jujugan diawal perjalanan silaturahmi anggota dewan pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, ini.

Buktinya, setelah para Lady Companion (LC) atau pemandu lagu, kini Gus Munib, sapaan akrabnya, menyatroni eks lokalisasi Turian, di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo, Kamis (2/5/2024).

Dengan dandanan nyentrik ala milenial, dia menemui para mucikari dan Pekerja Seks Komersial (PSK) setempat. Setelah memperkenalkan diri sebagai salah satu kandidat bakal Cabup Banyuwangi, tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) tersebut larut dalam obrolan diskusi. Mereka membahas tentang kisah hidup, latar belakang serta permasalahan yang dialami selama menjadi penghuni lokalisasi yang notabene sudah dinyatakan ditutup oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.

“Ternyata meski telah ditutup, lokalisasi tetap beroperasi secara sembunyi-sembunyi. Artinya, penutupan lokalisasi itu tidak bisa menjadi solusi,” kata Gus Munib.

Dari tatap muka, Rektor Universitas Islam Kyai Haji Mukhtar Syafa'at (UIMSYA) Blokagung Banyuwangi, itu mendengarkan dengan seksama curahan hati para penghuni eks lokalsasi Turian. Salah satunya tentang fakta bahwa sebenarnya mereka tidak ingin hidup dalam gelimang pandangan negatif. Alias dari lubuk hati paling dalam, mereka berharap bisa hidup normal seperti masyarakat kebanyakan.

Namun apa daya, belitan ekonomi memaksa para kaum hawa rentan tersebut menjadi penjaja nafsu kaum hidung belang.

Bacabup-Banyuwangi-2.jpg

“Ternyata tidak hanya menutup, mereka butuh solusi yang lain, termasuk membuka lapangan pekerjaan, sehingga mereka bisa keluar dari kehidupan lokalisasi,” cetus Gus Munib.

“Jadi, permasalahan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tapi juga masyarakat. Dan para pelaku (mucikari dan PSK) harus punya semangat untuk berubah,” imbuhnya.

Melihat adanya niatan baik dalam hidup, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PKB DPRD Banyuwangi, ini membagikan peralatan sholat berupa mukena kepada para PSK eks lokalisasi Turian.

“Karena saya yakin, bagaimana pun mereka pasti ingin berbuat kebaikan, maksud saya seperti apa pun, jangan lupa sholat. Dan pasti suatu saat mereka akan mendapat hidayah,” ujarnya.

Diujung silaturahmi, Gus Munib tak lupa berpesan kepada para mucikari, PSK dan masyarakat sekitar eks lokalisasi Turian. Sebagai upaya bersama untuk menjadi semakin baik, agar mengedepankan pendidikan pesantren kepada anak cucu.

Terlebih, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan asli Nusantara. Dan diera modern, pesantren bukan hanya menjadi tempat paling tepat untuk menimba ilmu agama dan membangun akhlak mulia. Tapi pesantren juga sudah terbukti mampu mencetak kaum intelektual hingga pemimpin bangsa.

KS (59), Ketua Paguyuban Mucikari eks lokalisasi Turian, mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan silaturahmi Gus Munib beserta rombongan. Dia berharap, jika tokoh muda NU tersebut ditakdirkan memenangkan Pilkada 2024 atau Pilkada Banyuwangi, dapat memberi perhatian khusus terhadap para PSK.

“Mereka juga manusia yang mempunyai hak hidup yang sama sebagai makhluk tuhan dan warga negara Indonesia,” katanya.

Sementara itu, salah satu PSK, sebut saja Melati (22), mengaku bahwa sebenarnya dia tidak ingin menjalani takdir menjadi pemuas nafsu. Namun dia terpaksa melakukan semua lantaran kebutuhan hidup.

“Kami terpaksa, kami harus menghidupi keluarga. Sedang kami tidak punya keterampilan apa-apa. Yang bisa kami lakukan ya hanya ini,” ucapnya.

Untuk itu, dia bersama para PSK ek lokalisasi Turian lainnya, berharap pada pemerintah untuk memikirkan solusi.

“Kami harap pikirkan nasib kami dan masa depan anak-anak kami,” ungkap Melati. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES