TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Berangkat dari pemikiran kreatif serta humanis, seorang desainer muda bernama Lanny Amborowati dari Yogyakarta, telah mengantongi segudang prestasi dari karya busana. Dan kali ini, Lanny membuat sebuah terobosan baru dengan dimensi berbeda dari yang pernah ada.
Dia menggelar pameran tunggal. Keberaniannya menggelar pameran tunggal karya busana sangat jarang ditemui di daerah. Masyarakat lebih mengenal pameran umum tentang kerajinan di mana busana menjadi salah satu elemen di dalamnya.
Lanny menegaskan, bahwa karya busana adalah sebuah kreaai seni bernilai tinggi yang tak beda dengan lainnya. Dia mengangkat karya busana sebagai manifestasi budaya di mana setiap karya menjadi wajah sebuah peradaban dengan segala dinamika pertumbuhannya.
"Karena sifat dan karakter yang seperti inilah maka saya menempatkan karya busana dalam sebuah galeri seni menjadi sebuah keputusan yang tepat," ujar Lanny.
Mengenai karya busananya ini, dinilai memang memiliki nuansa kearifan lokal yang sangat kental. Meski dalam pengkayaan khazanah kreasinya tak menutup masuknya pengaruh tata busana dunia dan berbagai pengaruh dari luar negeri.
Namun, berhasil diakulturasikan dengan aspek budaya lokal dengan baik. Itu terlihat dari Lanny yang tampak memasukkan gaya busana tradisional Korea dengan menggunakan bahan wastra tenun Mandhalika.
"Paduan dua budaya ini berhasil memadu dengan baik," jelasnya.
Begitu juga presentasi filosofis yang dihadirkan dalam seri karya bertajuk "Amerie" yang mana memasukkan unsur-unsur semi militer ke dalam desain modest. Dari sinilah pesan yang ingin disampaikannya benar-benar terdeskripsi dengan jelas tanpa harus diurai dalam susunan kalimat.
Selebihnya, core pada modest yang biasanya lebih melekat pada gaya busana berbasis muslim wear mampu memengakomodasi nilai-nilai universalitas yang membuat gaya santun tersebut menjadi tidak terkungkung dalam nilai religi tertentu saja.
"Tapi semua orang bisa mengenakannya dalam momentum apapun," terang Lanny.
Pameran fashion Lanny Amborowati tersebut, meski ruang pajangnya di galeri seni Gallery Kopi Macan Yogyakarta namun dalam rangkaian roadshow acara itu juga mempresentasikan karya-karya di Joglo Mas Resto sebagai bagian dari sarana komunikasinya dengan masyarakat umum. (*)
Pewarta | : Hendro Setyanto Baskoro |
Editor | : Bambang H Irwanto |
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Laga Arema FC vs Persik: Ditonton 2.850 Aremania, Diamankan 2.113 Personel Gabungan
Lewat Talent DNA, Khofifah Dorong Kader Muslimat NU Jadi Motor Organisasi Adaptif
Seminar Pekikan Sastra 2025, Fakultas Sastra UM Angkat Isu Kesetaraan Gender
Festival Perak Kotagede 2025 di Kota Yogyakarta, Kolaborasi Apik Tradisi dan Inovasi
Bethesda Heritage Fun Run 2025, Ribuan Peserta Lari Sambil Napak Tilas Sejarah Yogyakarta
Kunjungi Pendidikan Karakter Panca Waluya, Kak Seto Pastikan Hak Anak Tetap Terlindungi
Bungkam Arema FC, Persik Kediri Akhiri Puasa Kemenangan Sekaligus Jaga Rekor Positif