TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pelukis Hamid Nabhan kembali mengeksplorasi teknik melukis menggunakan cat air meskipun bukan kali pertama. Beberapa lukisan cat air karyanya pernah tampil dalam sebuah pameran 'Water Color Unlimited' di Galeri Prabangkara.
Pelukis beraliran impressionis ini menyuguhkan ‘pesona’ pohon gersang “Pemandangan di Kedung Cowek” serta “Pemandangan di Pulau Madura” yang terlihat kontras pada saat itu. Tema tentang alam di musim kemarau memang menjadi ikon Hamid Nabhan menuangkan karyanya.
“Saya menyukai keindahan ranting-ranting pepohonan,” tutur Hamid Nabhan, Sabtu (20/5/2023).
Dibandingkan media lain, Hamid mengaku lebih sulit mengaplikasikan cat air menjadi sebuah lukisan indah. Cat air sendiri merupakan media dasar yang digunakan pada lukisan beraliran impressionis.
“Cat air memiliki kesulitan yang tinggi dan memiliki keindahan blur. Jika cat airnya sudah bagus, nanti menggunakan cat minyak akan lebih bagus lagi,” sambung pria kelahiran Surabaya, 15 Agustus ini.
Namun, sebagai pelukis semua media, Hamid terus mengembangkan penggalian setiap karya dengan teknik berbeda.
"Setiap media membawa sifat-sifat estetikanya sendiri, jadi estetika yang ada di acrylic pun berbeda dengan apa yang ada pada cat air," ungkap cucu pejuang kemerdekaan, Salim Nabhan itu.
Hamid mempunyai ketertarikan pada media cat air sudah lama, kadang ketika jenuh dengan media yang ia tekuni yaitu acrylic maupun cat minyak, ia mulai melirik media cat air.
"Tapi akhir-akhir ini saya lebih banyak mendalami cat air pernah juga saya menulis sebuah quote tentang media ini saya katakan, media cat air mempunyai kedalaman estetik yang unik dan menggelitik sangat impresif dan menarik yang tak terwakili oleh media lain," terang salah satu ikon pelukis impresionis tersebut.
Kedua teknik melukis ini sama-sama menggunakan air dalam prosesnya. Hamid Nabhan mengatakan, pada dasarnya lukisan itu sama dari kacamata ide.
Menyajikan karya yang bermuatan estetik. Menyajikan keindahan yang bisa mendatangkan rasa senang bagi penikmatnya. Namun, dari segi presentasi sangat berbeda. Dari perbedaan itu juga membawa kesan estetik masing-masing.
"Pada cat air tampak sekali estetikanya lebih dominan dan pada cat air kita memanfaatkan gerakan air yang melengkapi media kertas untuk menciptakan kelengkapan keindahan," ungkapnya.
Lukisan cat air ini nampaknya memang terlihat simpel. Tapi tidak demikian, karena untuk mengeksplorasi estetika ini butuh ketajaman kepekaan dan skill yang tinggi. "Ini bisa kita dapat dengan terus menerus kita berlatih," kata Hamid.
Hamid Nabhan telah membuat banyak karya cat air. Jumlahnya ratusan karya baik ukuran kecil maupun besar. Lukisan itu antara lain menyajikan tentang keindahan alam Indonesia juga khususnya pemandangan di saat kemarau.
Ketika musim kering, Hamid dengan leluasa mengeksplorasi warna. Ia kerap mengambil lokasi seperti Gresik dan Pulau Madura. "Biasanya saya bisa menyelesaikan lukisan kecil sekitar satu jam atau lebih," ucapnya.
Bahkan dalam waktu dekat ia tengah mempersiapkan pameran tunggal untuk cat air dan juga persiapan menerbitkan buku tentang cat air berjudul "Pencarian Puisi Rupa". Akan ada sejumlah penulis seni rupa tanah air seperti Agus Dermawan T, Efix Mulyadi, Jakob Sumardjo dan lain-lain.
Belum puas mempelajari acrylic, cat minyak, dan cat air, Hamid Nabhan rupanya juga masih terus ingin mencoba dan mendalami media lain seperti charcoal atau crayon. "Karena kita tahu tiap media mempunyai sifat yang berbeda dan mempunyai estetik yang berbeda pula," jelas pelukis Hamid Nabhan. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Laga Arema FC vs Persik: Ditonton 2.850 Aremania, Diamankan 2.113 Personel Gabungan
Lewat Talent DNA, Khofifah Dorong Kader Muslimat NU Jadi Motor Organisasi Adaptif
Seminar Pekikan Sastra 2025, Fakultas Sastra UM Angkat Isu Kesetaraan Gender
Festival Perak Kotagede 2025 di Kota Yogyakarta, Kolaborasi Apik Tradisi dan Inovasi