TIMESINDONESIA, BLITAR – Pernahkah kalian menemui kerabat atau keluarga kalian yang melakukan aksi menggores tangan nya dengan pisau, memukul-mukul kepalanya sendiri bahkan membentur-benturkannya ke tembok, bahkan ada yang sengaja menempelkan tangannya di knalpot panas sepeda motor. Nah ini merupakan aksi self harm atau menyakiti dirinya sendiri. Lantas apa yang menyebabkan individu melakukan hal tersebut dan bagaimana cara mengatasinya ? Yuk, simak penjelasan berikut, agar kita bisa memahami atau mencegah seseorang untuk melakukan hal tersebut.
Dikutip dari NICE & WHO (2015), self-harm diartikan sebagai perilaku seseorang untuk melukai diri sendiri dengan berbagai cara tanpa memandang ada atau tidaknya niat dan keinginan untu mati. Jadi bisa dikatakan bahwa individu yang melakukan self harm ini dengan sengaja melukai dirinya sendiri secara sengaja tanpa ada maksud melakukan bunuh diri.
Perilaku melukai diri ini juga dapat dikaji melalui teori kepribadian (theory of personality) oleh Sigmund Freud, salah satu tokoh psikolog populer yang terkenal dengan aliran psikoanalisis. Menurut Sigmun Freud, ketika keterampilan pemecahan masalah atau ego individu belum bisa mengatasi id (hasrat/keinginan) dengan baik, maka dalam mengatasi id-nya atau masalahnya, remaja dapat dan cenderung lebih memilih untuk bertindak negatif seperti merusak diri, salah satunya self-harm.
Masih menurut WHO (2018), perilaku self-harm dan bunuh diri adalah penyebab kematian kedua di dunia diantara usia 18 hingga 29 tahun. Di Indonesia sendiri, menurut data dari survei YouGov Omnibus pada Juni tahun 2019 menunjukkan lebih sepertiga setara dengan 36,9% orang Indonesia pernah melukai diri mereka dengan sengaja. Bahkan di bulan Februari 2023, ditemukan 40 anak perempuan yang bersekolah di salah satu Provinsi Bali melakukan aksi self-harm.
Dapat dilihat bahwa aksi self harm ini bukan sesuatu yang asing lagi untuk dilakukan. Hal ini sudah menjadi suatu fenomena yang sering terjadi terutama di kalangan remaja. Lalu apa yang membuat individu melakukan self-harm tersebut. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa faktor yang menyebabkan individu melakukan hal tersebut.
Terkadang ada individu yang merasa dirinya rendah, menjadi orang yang gagal, merasa tidak dicintai siapapun hingga membenci dirinya sendiri, cenderung melakukan perbuatan self-harm. Kenapa bisa seperti itu ? Bisa saja pengalaman masa lalu yang membuat mereka terluka psikologis bahkan trauma. Misalnya, pernah mengalami pelecehan seksual, kekerasan orang tua terhadap anak, bullying baik di sekolah, keluarga ataupun lingkungan sekitar, atau ditinggalkan oleh orang tua atau orang yang dicintainya. Dimana pengalaman traumatis berdampak pada rasa percaya dirinya. Sehingga, individu tersebut melakukan tindakan self-harm sebagai bentuk pelampiasan atas kebencian dan kekecewaan pada dirinya sendiri terhadap apa yang terjadi di masa lalunya.
Individu yang tidak paham bagaimana cara melampiaskan dan mengontrol emosinya secara benar, cenderung melakukan perbuatan self-harm sebagai jalan pintasnya. Emosi yang dimaksud seperti marah, sedih atau semacamnya. Misalnya, individu yang amat sedih karena ditinggal orang tuanya sehingga menyalahkan dirinya sendiri, maka ia memutuskan untuk melakukan self-harm.
Individu yang dalam situasi tertekan, sangat sering tidak bisa mengontrol dirinya. Mereka sudah tidak bisa berfikir rasional dan hanya ingin meredakan tekanan yang besar tersebut dengan cara menyakiti dirinya sendiri.
Salah satu faktor individu melakukan self harm adalah bisa saja karena individu tersebut berada di lingkungan yang tidak mendukung. Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah keluarga, teman, kerabat, dan tetangga sekitar. Misalnya apabila ada seorang adik yang ingin bercerita kepada kakaknya mengenai masalah pribadinya, namun respon kakaknya terlihat mengabaikan. Maka sang adik tersebut bisa saja menganggap dirinya merasa tidak penting sehingga ketika kedepannya ketika ia memiliki masalah, sang adik tersebut memendamnya sendiri hingga mengalami stress yang berkepanjangan.
Individu yang memiliki gangguan psikologis seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder), gangguan makan, hingga gangguan stress pascatrauma (PTSD) lebih rentan melakukan self-harm.
Lalu bagaimana solusi untuk mengatasi atau membantu orang yang melakukan self-harm? Dilansir dari gramedia.com, berikut solusi untuk membantu orang yang melakukan self-harm.
Biasanya individu yang melakukan self-harm memiliki sejumlah luka di tubuhnya seperti luka sayat di pergelangan tangan dan sejenisnya. Terkadang individu tersebut juga memakai baju lengan Panjang untuk menutupi lukanya. Karena biasanya individu jika ditanya penyebab, mereka cenderung menghindar dan menutupi akan hal itu.
Meskipun individu terkadang ingin merasa sendiri, namun sejatinya mereka masih membutuhkan perhatian dari lingkungan mereka. Oleh karena itu, luangkan waktu untuk mereka. Terima perasaan mereka apa adanya dan coba pahami mereka.
Individu yang melakukan tindakan self-harm, tentunya merasa was-was akan dihakimi dan dipandang buruk oleh orang lain. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali menghakimi dan menilai buruk orang yang melakukan self-harm.
Individu yang telah melakukan self-harm tingkat tinggi, segeralah bawa ke orang yang lebih ahli seperti psikolog atau psikiater agar dapat diperiksa lebih lanjut dan mendapatkan penanganan yang lebih intensif.
Lalu bagaimana jika diri sendiri yang melakukan tindakan self-harm, Bagaimanakah solusinya? Dilansir dari gramedia.com, berikut solusi bagi diri sendiri yang melakukan tindakan self-harm.
Penting bagi kita untuk mengenali perasaan dan kondisi psikologis kita saat ini. Apabila kondisi tidak baik-baik saja dan ada kecenderungan melakukan self-harm, maka jauhkan diri kita dari benda-benda tajam. Jangan sampai kita memberikan kesempatan diri kita untuk melakukan self-harm.
Lakukan kegiatan positif yang bisa mengalihkan perhatian kita untuk melakukan tindakan self-harm. Seperti menyalurkan hobby dan berolahraga.
Lakukan hal-hal yang menyenangkan seperti hangout besama teman-teman, berwisata dan kegiatan menyenangkan lainnya agar terhindar dari tindakan self-harm.
Ceritakanlah masalah atau perasaan negatif kepada orang yang bisa dipercaya seperti sahabat, orangtua, guru atau siapapun yang dirasa nyaman untuk diajak berbincang. Dan jangan lupa untuk hati-hati bercerita kepada orang yang salah, karena takutnya menimbulkan permasalahan baru.
Bila frekuensi tindakan self-harm semakin sering terjadi, maka harus segera mencari pertolongan baik dari psikolog atau psikiater. Dengan begitu mereka akan memberikan penanganan lebih lanjut pada kita.
Jadi, bisa dikatakan bahwa perbuatan self-harm ini tidak baik. Sebagai manusia, alangkah baiknya kita mencintai diri sendiri dan peka terhadap keadaan sekitar agar tidak terjadi perbuatan yang tidak diinginkan. Buat individu yang melakukan self-harm, ingat dirimu berharga masih banyak orang yang peduli kepadamu. Jadi stop self-harm, start self-love. (*)
Pewarta | : Nurkamala Dewi (PKL) |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Jadwal Tayang Film 'The Lord of The Rings: The Hunt for Gollum' Mundur ke Desember 2027
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya