TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sebuah lukisan pensil yang dikerjakan selama 5 tahun, tampil fenomenal di Pameran Artos Nusantara Banyuwangi, Jawa Timur. Karya seni dua dimensi tersebut milik seorang seniman asal Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Malang, bernama Heri Catur Prasetya.
Gombloh sapaan akrabnya, memulai Goresan demi goresan pensil di atas sebuah kanvas itu sejak tahun 2017, hingga pada akhirnya lukisan berjudul ‘which is not over’ representasi dari kejadian-kejadian selama perjalanan hidup (catatan harian) dengan ukuran 190 x 240 cm dipamerkan di gedung tua Boom Marina Banyuwangi.
Usut punya usut, lukisan tersebut memiliki ukuran asli 190 x 900 cm. Berhubung karya seninya baru selesai 6 meter dari target 9 meter, Gombloh sengaja menampilkan ukuran kisaran 2 meteran. Pasalnya, ia ingin menyampaikan sebuah pesan kehidupan dan makna yang tersirat dalam karya goresan tangannya.
Pria kelahiran Blitar itu, mengatakan, di pameran ArtOs Nusantara ini pihaknya ingin menampilkan sebuah keterbatasan atau ketidaksempurnaan manusia dalam menilai sebuah objek.
“Apa yang dilihat kita, terhadap suatu objek tertentu tidak bisa utuh,” kata guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5 Malang, Rabu, (24/5/2023).
Gombloh mengaku, lukisan yang ditampilkan, ia kerjakan disela-sela kesibukannya menjadi seorang guru dan orang tua dari anak-anaknya.
“Kalau kesulitan selama mengerjakan lukisan ini, syukur tidak ada. Karena saya melukis secara mengalir dengan menggunakan pensil,” ujarnya.
Namun, dibalik proses melukis, terdapat hikmah yang dipetik oleh Gombloh. Bahwa ia merasakan ketenangan, kenyamanan serta kesunyian, yang menghasilkan kemurnian dalam jiwa dan hidupnya.
“Mengerjakan lukisan ini menurut saya uji nyali atau terapi untuk diri saya agar bisa menyelesaikan lukisan tersebut,” jelas pria kelahiran 1971.
Meskipun Gombloh menargetkan lukisan ini harus selesai. Namun, pihaknya tidak ada waktu tertentu untuk merampungkan lukisannya. Pasalnya, ia ingin lukisan ini mengalir seperti kehidupan.
Selain itu, seniman lulusan S2 Penciptaan Seni Lukis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2007 ini mengaku, baru pertama kali melukis diatas kanvas dengan menggunakan pensil dengan ukuran 9 meter.
“Biasanya saya melukis itu diukuran kanvas 2 meter, itu aja energi saya sudah cukup terkuras,” cetusnya.
Gombloh menekuni seni lukis sejak tahun 1992 dan sudah memiliki ribuan karya. Bahkan, karya seni dua dimensi miliknya sudah membuat kepincut kolektor lokal maupun mancanegara.
“Beberapa lukisan saya ada di Filipina, Singapura, Jakarta, Malang dan lainnya,” katanya.
Menurutnya, menjadi seorang seniman seperti pelukis bukanlah sebuah hobi atau yang lainnya. Melainkan bagaimana cara menghidupkan sebuah seni dengan berkontribusi melakukan karya dan hal-hal positif.
“Melukis sudah menjadi bagian dalam hidup saya,” tegas Gombloh.
Sebagai informasi, pelukis asal daerah Malang ini pernah menyabet Juara satu pada tahun 2006 di acara Malang Mural Festival II dan Juara II Sketsa The Heritage of Malang, Gramedia Malang, pada tahun 2013. (*)
Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Laga Arema FC vs Persik: Ditonton 2.850 Aremania, Diamankan 2.113 Personel Gabungan