TIMESINDONESIA, MALANG – Baru-baru ini masyarakat Kota Malang dihebohkan dengan adanya aksi bunuh diri berujung tewas yang terjadi di Jembatan Suhat (Soekarno Hatta) Kota Malang. Aksi bunuh diri tersebut ternyata diduga kuat disebabkan faktor depresi.
Psikolog Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fuji Astuti mengatakan, orang yang melakukan aksi bunuh diri biasanya telah melewati banyak proses untuk bisa bertahan hidup.
Kemudian, puncak yang mendorong orang tersebut melakukan aksi bunuh diri ketika ia sudah merasa beban hidupnya tak lagi bisa ditanggung dan diluar kemampuannya.
Depresi sendiri menunjukkan sejumlah gejala tertentu. Gejala tersebut, kata Fuji, sangat perlu dikenali agar bisa tertangani dengan baik.
"Mulai menarik diri dari lingkungan, merasa hidupnya hampa hingga merasa tidak ada orang yang memperhatikannya," ujar Fuji, Minggu (28/5/2023).
Menurutnya, orang-orang seperti itu memerlukan pendampingan dan konseling dari profesional untuk memperkuat mentalnya.
Ia juga memberikan saran agar orang-orang yang depresi tersebut bisa bangkit dengan melakukan kesibukan yang positif.
"Kalau sudah merasa hampa, gak enak, bawaannya gini banget hidup, itu bisa mencoba merubah pola aktifitas. Misal, mengatur kamar agar lebih menyenangkan, berolahraga atau menyalurkan hobinya," ungkapnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentu mampu meminimalisir perasaan depresi. "Jangan lupa juga tetap terhubung dengan orang lain baik di media sosial maupun secara langsung dengan orang yang dikenal dan bisa menguatkan," sambungnya.
Sementara itu, Fuji juga memberikan saran agar keluarga, kerabat, pasangan ataupun teman dengan orang yang mengalami gejala depresi tersebut bisa memberikan empati, semangat dan tentu tidak menghakimi orang tersebut.
Sebab, menurut Fuji bahwa hal hal aneh yang dilakukan orang depresi bisa jadi hanya ingin menunjukkan bahwa dia ingin diperhatikan.
"Cobalah cari akar masalahnya dan jadi tempat ternyaman dengan tidak mengungkit permasalahan orang yang depresi tersebut," jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa kesehatan mental sangat penting dan sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Namun, keduanya memerlukan penanganan yang berbeda, karena sama sama memiliki potensi kematian.
"Oleh karena itu, mari peduli dengan kesehatan mental kita. Setidaknya, jika belum bisa membantu, jangan mendeskreditkan orang yang mengalami masalah dalam kejiwaan," kata Fuji menjelaskan hal yang mungkin dialami pelaku bunuh diri di Jembatan Suhat Kota Malang. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Deasy Mayasari |
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Laga Arema FC vs Persik: Ditonton 2.850 Aremania, Diamankan 2.113 Personel Gabungan
Lewat Talent DNA, Khofifah Dorong Kader Muslimat NU Jadi Motor Organisasi Adaptif
Seminar Pekikan Sastra 2025, Fakultas Sastra UM Angkat Isu Kesetaraan Gender
Festival Perak Kotagede 2025 di Kota Yogyakarta, Kolaborasi Apik Tradisi dan Inovasi
Bethesda Heritage Fun Run 2025, Ribuan Peserta Lari Sambil Napak Tilas Sejarah Yogyakarta
Kunjungi Pendidikan Karakter Panca Waluya, Kak Seto Pastikan Hak Anak Tetap Terlindungi
Bungkam Arema FC, Persik Kediri Akhiri Puasa Kemenangan Sekaligus Jaga Rekor Positif