TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pertanian global sedang dihadapkan pada isu ketahanan pangan, kualitas dan keamanan pangan, serta keberlanjutan. Data FAO menyebutkan secara global ada 828 juta orang yang terkena kelaparan pada 2021, atau meningkat 46 juta sejak 2020. Salah satu penyebabnya adalah naiknya harga komoditas pangan.
Pandemi Covid-19, perubahan iklim, serta konflik Rusia-Ukraina berimbas pada kenaikan biaya produksi pertanian seperti pupuk. Keadaan geopolitik ini menyebabkan harga pupuk naik 3-4 kali lipat karena mayoritas suplai pupuk Indonesia berasal dari Rusia.
Apa dampaknya bagi pertanian Indonesia?
Sulitnya mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau membuat petani mengurangi penggunaan pupuk. Imbasnya terjadi krisis produksi beras dan berbagai jenis tanaman hortikultura. Bahkan, banyak petani yang membiarkan lahannya terbengkalai karena mahalnya harga pupuk.
Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik melaksanakan Sensus Pertanian 2023 untuk menjawab kebutuhan data dan memberikan gambaran komprehensif terkait kondisi pertanian di Indonesia saat ini. Data akurat dan tepat yang dihasilkan dari ST2023 akan dijadikan pijakan dalam menentukan kebijakan pangan di masa depan.
Sensus Pertanian ke tujuh ini dilaksanakan serentak di seluruh wilayah Indonesia hingga administrasi terkecil mulai 1 Juni-31 Juli 2023. Data yang dikumpulkan meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian.
Sensus pertanian 2023 akan menghasilkan data berupa jumlah pelaku usaha pertanian menurut subsektor, struktur demografi petani, luas lahan pertanian, volume dan nilai produksi tiap subsektor pertanian, potensi pertanian menurut wilayah, serta manajemen usaha pertanian yang dijalankan. Data tersebut selanjutnya digunakan sebagai landasan dalam penentuan arah kebijakan seperti penyaluran pupuk bersubsidi yang tepat sasaran, pemberdayaan petani, regenerasi petani, modernisasi pertanian, dan merancang pertanian berkelanjutan.
Saat ini Indonesia mengalami krisis regenerasi petani. Hasil SUTAS tahun 2018 menunjukkan 60,71 persen petani di Indonesia berusia ≥45 tahun. Padahal sektor pertanian menyumbang 12,40 persen Produk Domestik Bruto ADHB (berdasarkan lapangan usaha) tahun 2022.
Selain itu, konversi lahan pertanian, minimnya penerapan teknologi modern dalam praktik pertanian, serta perubahan iklim global juga menjadi tantangan pertanian nasional. Upaya peningkatan produktivitas hasil pertanian dengan membuka lahan hutan dan gambut berdampak pada krisis iklim dunia. Hutan merupakan pemasok oksigen terbesar sedangkan lahan gambut dapat mencegah larinya gas rumah kaca ke atmosfer.
Data dari ST2023 dapat digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan intensifikasi pertanian sehingga peningkatan produktivitas pangan tidak perlu sampai membuka lahan hutan dan gambut. Pemanfaatan lahan yang sudah ada namun menggunakan bibit unggul, memberikan asupan nutrisi pada tanah dengan pupuk, dan mengadopsi teknologi pertanian modern dapat meningkatkan volume produksi.
Sosialisasi tentang intensifikasi pertanian dapat dilakukan melalui penyuluhan. Sayangnya, hasil wawancara saya dengan para pelaku usaha pertanian perorangan (UTP) menunjukkan banyak UTP yang belum mendapatkan akses penyuluhan. Oleh karena itu, data ST2023 diharapkan menjadi masukan untuk pelaksanaan penyuluhan yang lebih tepat sasaran sehingga produksi dan pendapatan petani dapat meningkat.
Dalam kegiatan lapangan, salah satu tantangan ST2023 adalah menghadapi responden yang beragam. Guna menghasilkan data yang akurat, petugas sensus harus melakukan probing kepada UTP. Narasumber yang menjawab pertanyaan kurang spesifik harus terus digali informasinya dengan mengajukan pertanyaan berkelanjutan karena tanpa data yang tepat dan akurat, pembangunan sektor pertanian akan terhambat.
Yuk, mari bersama kita sukseskan Sensus Pertanian 2023 untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
***
*) Oleh: Sovi Nur Wakhidah, blogger.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Laga Arema FC vs Persik: Ditonton 2.850 Aremania, Diamankan 2.113 Personel Gabungan