TIMESINDONESIA, MALANG – Islam nusantara merupakan mata rantai dari agama Allah SWT sebelum sampai kepada Rasulullah SAW. Dan, mata rantai tersebut tidak boleh putus harus nyambung artinya Islam harus terus bergerak. Namun persoalannya, ketika Islam datang bertemu dengan peradaban lain muncul beragam corak keislaman.
Dicontohkan Kerajaan Salakanagara dipimpin raja Dewawarman yang berdiri pada tahun 400 Masehi sebelum Rasulullah SAW lahir."Rasulullah SAW dilahirkan di Makkah mengemban misi Islam dan harus menjangkau ke daerah yang jauh sementara itu daerah tersebut sudah punya sistem kehidupan dan peradaban masing-masing,”.
Menurut Gus Muwafiq, para ulama nusantara menepis anggapan bahwa ketika Islam datang ke beberapa negara tidak pernah terjadi negosiasi apapun, ternyata anggapan itu salah, Pasalnya Islam datang ke indonesia selalu ada negosiasi budaya, politik bahkan negosiasi ketuhanan. Ia mencontohkan bahwa, para ulama dan para wali dalam menyebarkan Islam kerap melakukan negosiasi dengan budaya setempat.
Lebih jauh ketika Islam datang bertemu dengan peradaban lain muncul beragam corak keislaman, ketika Islam hadir dengan keanekaragamannya para wali memberlakukan konsep yang diajarkan Rasulullah yakni Kullukum ra’in wakullukum mas’ulinan raiyyatihi. Raiyyah ini konsep yang melindungi perbedaan agar tetap berjalan dan saling bertangung jawab oleh karena itu kaum Muslimin sebanyak apa pun harus saling memegang prinsip ini.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Indonesia merupakan satu-satunya bangsa Muslim di dunia yang sanggup menerapkan konsep raiyyah menjadi konsep kenegaraan dan itu dilakukan oleh para ulama. Karenanya, para ulama nusantara berharap agar warga NU tidak melupakan sejarah para wali. "Jangan lupakan para wali karena kita tidak punya apa-apa, tidak punya wilayah dan yang menciptakan wilayah adalah para wali. Lebih dari itu Nahdllatul Ulama secara tegas telah mengatakan kami adalah penerus para wali, Ini konsep besar,”.
Transformasi Islam untuk memenuhi takdir sebagai agama yang membawa kesejukan bagi seluruh umat manusia memerlukan waktu tidak sebentar. Islam telah bergerak selama 800 tahun sebelum sampai di daratan Nusantara.
Oleh karena itu, pertemuan antara konsep agama dan kebudayaan terjadi dimana pun, dengan karakter dan corak Islam di Indonesia sangat beragam, karena Indonesia dihuni oleh ratusan ribu budaya, suku, dan tradisi. Di Arab sana, haji adalah hal yang biasa. Di sini merupakan hal yang istimewa dan gelarnya melekat. Kalau di Jawa berubah menjadi Wak Kaji. Nabi Muhammad juga, sampai di Indonesia mendapat sapaan nama tambahan, Kanjeng Nabi. Shalat sebutannya berubah menjadi sembahyang. Ini kan kebudayaan, tapi agamanya dan substansinya tetap. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Editor | : Dhina Chahyanti |
Film Gowok Drama Panas Karya Hanung Bramantyo, Khusus Dewasa
Jadwal Tayang Film 'The Lord of The Rings: The Hunt for Gollum' Mundur ke Desember 2027
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta