TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Sejumlah sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Bondowoso menggelar wisuda kelulusan.
Bahkan dalam momentum kelulusan tahun ini, beberapa lembaga pendidikan diantaranya menggelar wisuda di salah satu hotel termewah di Bondowoso.
Ternyata di balik kemegahan wisuda kelulusan siswa tersebut, terdapat sejumlah wali siswa yang justru terbebani.
Hal ini terbukti sejumlah wali siswa di salah satu SMP Negeri mengeluhkan biaya wisuda.
Sementara di satu sisi, mereka akan mendaftarkan anaknya ke jenjang berikutnya atau SMA sederajat.
Misalnya orang tua siswa bernama Yus asal Kecamatan Grujugan. Dia harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk wisuda anaknya yang baru saja lulus SMP Negeri.
Yus mengaku harus mengeluarkan dana sekitar Rp 625 ribu. Baginya, nominal itu sangat besar.
Menurutnya, uang tersebut digunakan untuk biaya insidentil sebesar Rp 300 ribu, dan Rp 325 ribu untuk biaya wisuda.
"Biaya itu belum masuk untuk sewa kebaya, dan make up. Insidentil ini enam bulan terakhir itu," terang dia.
Begitu juga wali siswa bernama Efendi, warga Kecamatan Bondowoso yang mengeluhkan fenomena wisuda.
Menurutnya, memang pihak sekolah tak memaksa siswa yang lulus untuk ikut wisuda.
Tetapi di satu sisi dirinya tidak mungkin membiarkan anaknya hanya berdiam diri di rumah saat teman-temannya merayakan kelulusan.
Belum lagi dia memikirkan psikologis putrinya jika tak turut serta dalam perpisahan dengan teman sekelasnya.
Dia berharap, ke depan agar ada peraturan tegas dari pemerintah daerah.
"Kalau hanya himbauan ya nanti masih ada celah. Yang ada merubah namanya," jelasnya.
Kondisi ini juga menjadi sorotan Fraksi Amanat Golkar di DPRD Bondowoso dalam rapat paripurna beberapa waktu lalu, Kamis (22/6/2023).
Ketua Fraksi Golkar, Kukuh Rahardjo, menjelaskan, DPRD kerap mendapatkan keluhan dari masyarakat. Masyarakat menilai wisuda ini hanya menjadi saling kejar gengsi.
"Ini kesannya dari masyarakat ini jadi saling kejar gengsi. Ini wisuda di Grand Padis, yang SD satunya sudah kita di Ijen View," jelasnya.
Menurutnya, tidak ada yang salah dengan kegiatan perpisahan. Tetapi sebaiknya digelar sewajarnya saja. Seperti pentas seni, unjuk kebolehan pelajar dan semacamnya.
DPRD menyoroti biaya pelaksanaan kegiatan itu. Lebih-lebih tingkat ekonomi wali murid bermacam-macam dan tidak semuanya menengah ke atas.
"Itu yang kita sarankan supaya memberikan surat edaran atau aturan yang memberikan payung hukum. Cukup kegiatan perpisahan," imbau dia. (*)
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Laga Arema FC vs Persik: Ditonton 2.850 Aremania, Diamankan 2.113 Personel Gabungan
Lewat Talent DNA, Khofifah Dorong Kader Muslimat NU Jadi Motor Organisasi Adaptif
Seminar Pekikan Sastra 2025, Fakultas Sastra UM Angkat Isu Kesetaraan Gender
Festival Perak Kotagede 2025 di Kota Yogyakarta, Kolaborasi Apik Tradisi dan Inovasi
Bethesda Heritage Fun Run 2025, Ribuan Peserta Lari Sambil Napak Tilas Sejarah Yogyakarta
Kunjungi Pendidikan Karakter Panca Waluya, Kak Seto Pastikan Hak Anak Tetap Terlindungi
Bungkam Arema FC, Persik Kediri Akhiri Puasa Kemenangan Sekaligus Jaga Rekor Positif