TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Gelaran Gerentes Painting Competition dengan tema Nautika Nusantara yang digelar oleh siswa SMAN I Tasikmalaya berhasil memperoleh apresiasi tinggi dari seniman dan guru berpengalaman di Kota Tasikmalaya.
Anang Rusmana seorang seniman yang juga seorang guru memberikan memberikan pandangan dalam perkembangan kerajinan payung geulis di Kota Tasikmalaya semakin hari semakin suram.
Dengan adanya gelaran Gerentes Painting Competition dengan tema Nautika Nusantara akan mewarnai perkembangan motif payung geulis dimana dalam konsep ini menggambarkan keanekaragaman kekayaan laut yang melimpah di Nusantara.
"Kalau berbicara masalah seni melukis dalam payung itu berarti hasil dari cipta karya rasa manusia yang dituangkan lewat medianya kepada payung dan juga temanya ini Nautika Nusantara. Tema ini akan bercerita tentang keanekaragaman kekayaan laut yang ada di nusantara. Secara tidak langsung akan kita memberikan edukasi untuk menerapkan ataupun melestarikan budaya kita terutama budaya kerajinan payung geulis Tasikmalaya," ungkap Anang Saat ditemui TIMES Indonesia disela acara, Kamis (14/9/2023).
Tradisionalnya, payung geulis di Tasikmalaya identik dengan ornamen flora seperti daun dan bunga. Namun, panitia kali ini mengambil langkah unik dengan memperkenalkan tema yang berbeda.
Ini adalah terobosan baru dalam perkembangan kerajinan payung geulis di Kota Tasikmalaya, di mana ide-ide inovatif ini diberikan kepada anak-anak SMP dan MTs, sehingga mereka tidak terpaku pada konsep lama. Ide-ide baru ini mempertahankan warisan karya orang tua mereka sambil memberikan sentuhan baru.
Dengan tema Nautika Nusantara, para peserta dari SMP dan MTs memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuan mereka.
"Ini diharapkan akan memberikan warna baru pada industri kerajinan payung geulis, yang merupakan produk industri rumah tangga mikro kecil menengah (UMKM) yang menjadi ikon Kota Tasikmalaya," ujar Anang.
Namun, saat ini perkembangan industri kerajinan payung geulis sedang menurun. Payung geulis tidak lagi hanya digunakan sebagai alat pelindung dari panas matahari atau hujan, tetapi lebih sering dijadikan aksesori dan hiasan ruangan.
Anang berharap agar Pemerintah Kota Tasikmalaya mendukung perkembangan industri kerajinan payung geulis di kota ini dan memberikan apresiasi kepada perajin UMKM payung geulis. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mengadakan berbagai acara atau kompetisi yang melibatkan perajin payung geulis.
Dengan semakin banyaknya acara semacam itu, diharapkan payung geulis akan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat, terutama generasi muda, sehingga budaya ini dapat terus dilestarikan melalui pemakaian produk-produk lokal.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh seniman dan sastrawan Kota Tasikmalaya, H. Yusran Arifin, yang mengapresiasi lomba lukis pada payung geulis. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian lebih kepada perajin payung geulis, khususnya perajin UMKM di Kota Tasikmalaya.
Sebagai tambahan, dilansir dari berita TIMES Indonesia yang berjudul "Sanggar Kinanti Sukses Bangkitkan Pamor Payung Geulis sebagai Ikon Kota Tasikmalaya" pada 9 Oktober 2021, Payung Geulis merupakan salah satu ikon Kota Tasikmalaya. Namun, eksistensinya mulai merosot seiring perkembangan zaman. Masa keemasan payung geulis terjadi pada tahun 1955-1968, di mana payung merupakan salah satu kelengkapan mode bagi wanita di daerah Priangan.
Seniman dan pemilik Sanggar Kinanti, Eri Aksa, menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai tradisi dalam pembuatan payung geulis, yang dibuat dengan sepenuh hati oleh perajin terampil. Ia juga menciptakan variasi dengan melukis berbagai motif dan model kekinian yang diminati oleh pasar.
Usaha-usaha untuk memperkenalkan payung geulis kepada masyarakat umum terus berlanjut, bahkan di masa krisis. Salah satu bentuk apresiasi datang dari anggota DPR RI, Dedi Mulyadi, yang setiap tahun memesan ribuan payung geulis untuk menghias berbagai tempat dan acara.
Koordinator Bidang Lomba Gerentes Painting Competition, Zanthya Freza, menjelaskan bahwa kompetisi melukis pada payung geulis ini telah menjadi agenda rutin dalam rangkaian perayaan HUT SMAN I Tasikmalaya, dan telah digelar sejak tahun 2016. Peserta kompetisi ini berasal dari 12 SMP dan MTs di wilayah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, dengan tiga guru yang berkompeten di bidang seni sebagai juri penilai lomba, yaitu Yopi Syamsul Arifin, Elis Rusliani, dan Arifa Rachmani.
Melalui Gerentes Painting Competition, SMAN I Tasikmalaya telah membuka peluang bagi generasi muda untuk mengeksplorasi bakat seni mereka dan mendukung perkembangan industri payung geulis, yang merupakan warisan budaya yang berharga bagi Kota Tasikmalaya. (*)
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Deasy Mayasari |
Jadwal Tayang Film 'The Lord of The Rings: The Hunt for Gollum' Mundur ke Desember 2027
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya