TIMESINDONESIA, BANTUL – Memperingati refleksi 17 tahun gempa bumi Bantul 2006, Pemkab Bantul menggelar pentas ketoprak edukasi.
Kerjasama Pemkab Bantul dan Forum Kesenian Ketoprak Bantul (FKKB). Mengambil lakon Gumregah, pentas digelar di komplek monumen episentrum gempa bumi 2006, Potrobayan Srihardono Pundong Jum'at malam (26/5/2023).
Selain seniman ketoprak profesional seperti Rini Widyastuti, pejabat di jajaran Pemkab Bantul juga menjadi pemeran. Di antaranya wakil Bupati Bantul Joko Purnomo dan Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Nugroho Eko Setyanto dengan sutradara Bayu Nurseto dan iringan Karawitan di bawah pimpinan Ki Kiswan.
Lakon Gumregah mengambil latar belakang jaman Mataram, saat terjadi gempa bumi yang memicu meletusnya gunung Merapi. Saat itu banjir lava gunung Merapi, menimbun wilayah yang saat ini dikenal dengan kabupaten Bantul. Terbatasnya pengetahuan soal mitigasi bencana, konon menyebabkan banyak jatuh korban jiwa.
Sehingga adegan dalam ketoprak tidak hanya menggambarkan kehidupan masyarakat saat itu dengan berbagai masalah yang dihadapi, serta bumbu komedi oleh mbok emban dan cantrik tapi juga diselipkan berbagai pesan terkait mitigasi bencana, baik lewat gerak tubuh maupun dialog para pelakunya.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanto dalam sambutannya beharap, melalui pentas ketoprak pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima. Karena disampaikan lewat media seni tradisional. Sebuah media seni yang sudah lama melekat di hati masyarakat.
Langkah ini juga selaras dengan tema refleksi 17 tahun gempa bumi Bantul 2006, lestari budayanya, tangguh bencana masyarakatnya. Tema ini menjadi penting, mengigat kondisi kabupaten Bantul yang rawan bencana. Sehingga potensi terjadinya kembali bencana sangat terbuka.
Padahal datangnya bencana tidak pernah kita ketahui. Sehingga mitigasi bencana menjadi langkah paling tepat, untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa dan kerugian material akibat bencana.
"Gempa bumi Bantul 27 Mei 2006 harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua",tegas Agus Yuli Herwanto.
Melihat potensi yang bagus ini, BPBD Bantul akan terus mengembangkan sosialisasi mitigasi bencana, lewat seni tradisional lainnya. Karena kabupaten Bantul memiliki banyak potensi seni tradisional yang digemari masyarakat.
Sekda Bantul Agus Budiraharja menilai, pengambilan judul Gumregah sudah tepat. Karena mampu mewakili sikap masyarakat Bantul yang tidak ingin berlarut - larut dalam keterpurukan. Sikap ini ditunjukan saat gempa bumi melanda Bantul tahun 2006. Tanpa menunggu bantuan, mencoba untuk bangkit.
Pada momen terkini, Gumregah juga dapat menjadi penyemangat untuk bangkit dari dampak pandemi Covid-19. Antara lain melalui pementasan seni tradisional seperti ketoprak diharapkan semangat ini akan menular kepada jenis semi tradisional lain. (*)
Pewarta | : Totok Hidayat |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Jadwal Tayang Film 'The Lord of The Rings: The Hunt for Gollum' Mundur ke Desember 2027
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya