TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hallstatt, sebuah desa yang terletak di Distrik Gmunden, negara bagian Oberösterreich, Austria, telah menjadi pusat perdebatan yang hangat. Dikenal sebagai Situs Warisan Dunia, desa ini memiliki populasi yang hanya sedikit lebih dari 700 penduduk, tetapi pada musim puncak kunjungan wisata, jumlah pengunjungnya bisa mencapai hingga 10.000 orang per hari.
Kontroversi muncul ketika warga setempat menuntut pembatasan jumlah wisatawan harian dan larangan bus wisata setelah jam 5 sore waktu setempat. Sementara pariwisata telah memberikan dampak positif pada ekonomi Hallstatt, beberapa penduduk merasa bahwa gelombang kunjungan yang tak terbendung menjadi terlalu berat untuk mereka tanggung.
Hallstatt menawarkan pemandangan pedesaan Austria yang memukau, dengan rumah-rumah tua yang indah menghiasi tepi danau Alpen yang masih sangat alami. Latar belakang pemandangan gunung yang curam dan alam yang masih asri telah menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata yang sangat diminati dalam beberapa tahun terakhir.
Keberhasilan Hallstatt dalam memikat para wisatawan, terutama wisatawan Asia, tidak lepas dari popularitasnya yang meningkat drastis setelah muncul dalam sebuah drama romantis Korea Selatan pada tahun 2006. Bahkan, enam tahun kemudian, sebuah replika Hallstatt didirikan di Tiongkok pada tahun 2012.
Salah satu daya tarik utama bagi pengunjung adalah kesempatan untuk mengambil foto selfie yang sempurna dengan latar belakang danau yang indah, menara gereja berwarna abu-abu muda, dan pemandangan pegunungan yang megah.
Namun, sebagai salah satu destinasi paling ramai di Eropa beberapa penduduk Hallstatt berpendapat bahwa jumlah wisatawan terlalu banyak. Hal ini khususnya pelancong harian yang datang dengan bus besar.
Pada bulan Mei tahun ini, sebagian penduduk setempat bahkan mendirikan tembok kayu sementara di lokasi populer untuk berfoto selfie, yang menghalangi pandangan ke Pegunungan Alpen sebagai bentuk protes terhadap polusi suara dan lalu lintas. Setelah adanya kritik di media sosial, tembok tersebut akhirnya dicopot.
Dilansir dari BBC untuk mengatasi masalah ini, walikota setempat telah menyatakan niatnya untuk mengurangi jumlah bus wisata yang melintasi Hallstatt sebanyak sepertiga dari jumlah awalnya. Namun, sebelum pandemi Covid-19 melanda, Hallstatt tetap menjadi tujuan favorit dengan sekitar satu juta pengunjung setiap tahunnya.
Meskipun menghadapi tantangan yang datang bersama dengan popularitasnya, Hallstatt Austria tetap memikat hati banyak orang dengan pesonanya yang alami dan pemandangan yang memukau. Namun kontroversi yang ada serta keputusan yyang diambil pemerintah untuk pembatasan jumlah wisatawan akan beberapa turis harus mengatur ulang jadwal kunjungan mereka. (*)
Pewarta | : Rohmatin Nazilah (PKL) |
Editor | : Khodijah Siti |
Film Gowok Drama Panas Karya Hanung Bramantyo, Khusus Dewasa
Jadwal Tayang Film 'The Lord of The Rings: The Hunt for Gollum' Mundur ke Desember 2027
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta