TIMESINDONESIA, JERMAN – Kisah inspiratif Rake, pria muda dari Indonesia bernama lengkap Narendra Ning Ampeldenta, patut jadi inspirask Gen Z Indonesia. Dengan latar belakang keluarga yang sederhana, Rake berhasil mengatasi segala rintangan dan mengubah nasibnya dari seorang cleaning service di sebuah hotel menjadi seorang sarjana insinyur lulusan Jerman.
Dengan modal tekad dan nekat, Rake yang baru menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas memberanikan diri ke berangkat ke Jerman.
“Saya hanya modal nekat dan doa orang tua saja, tidak pernah terbayangkan sebelumnya dapat menempuh pendidikan di Jerman. Terlebih saya berasal darl dari keluarga yang sederhana. Bahkan ibu saya dulu sempat menjadi sales keliling mbak di Semarang," katanya.
Perjalanan pendidikan Rake dimulai pada tahun 2016. Kala itu ia tiba di Jerman dengan tekad yang kuat untuk mengejar pendidikan tinggi di salah satu negara dengan standar pendidikan terbaik di dunia. Meskipun menghadapi tantangan bahasa dan budaya yang berbeda, Rake tetap teguh pada impian dan tujuannya.
Rake memilih untuk mengambil jurusan Teknik Interdisipliner, yang menunjukkan ketertarikannya pada pengembangan energi terbarukan. Proses pendidikan Rake pun dilalui dengan penuh perjuangan. Di mana selama masa studi ia juga sempat menjalani pekerjaan sambilan sebagai cleaning service di sebuah hotel.
Alhasil, butuh waktu 11 semester untuk Rake dalam menyelesaikan studinya. Hal ini menunjukkan dedikasi dan semangat tinggi Rake dalam meraih ilmu, meskipun harus melalui jalan yang tidak mudah.
“Saya dulu sempat jadi house keeping di hotel, cleaning service, untuk mencari tambahan uang jajan untuk sehari-hari. Jadi ya kerjaannya begitu mbak, ndelosor ngoseki WC (membersihkan kamar mandi), ganti sprei, dorong troli yang besar itu mbak yang biasa ada di hotel. Tapi ya semua harus dilalui,” ucapnya.
Namun di tengah segala tantangan yang sulit, Rake berhasil lulus dan meraih gelar Bachelor of Engineering.
“Saya butuh waktu 11 semester, mahasiswa tua, untuk bisa lulus. Karena harus disambi bekerja,” kenangnya.
Skripsi akhirnya, yang berjudul "The Potential of Semarang to Become a Solar City," merupakan bukti komitmen Rake dalam memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Melalui penelitiannya, Rake mengangkat potensi Kota Semarang untuk mengadopsi energi surya sebagai sumber energi utama. Sebuah ide yang mencerminkan rasa cintanya pada kota kelahiran ibunya.
“Ibu saya berasal dari Semarang. Dan kebetulan saya mendalami bidang energi terbarukan di jurusan saya dan juga Alhamdulillah diterima di tempat magang di perusahaan jasa pemasangan Panel Surya. Kemudian saya berpikir apa bagaimana ilmu yang saya pelajari bisa diterapkan. Dan Kota Semarang ini kota yang sentimentil untuk saya karena Ibu berasal dari sana,” kata Rake.
Kisah inspiratif Rake ini mengajarkan kita tentang pentingnya tekad, kerja keras, dan ketekunan dalam menghadapi tantangan dan meraih impian. Kisahnya menjadi bukti nyata bahwa dengan tekad yang kuat, kita semua bisa mengubah nasib dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. (*)
Pewarta | : Fauzul Azhim (K-101) |
Editor | : Khodijah Siti |
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel
Harmoni Budaya, Religi dan Ekonomi dalam Festival Jogokariyan 2025 Kota Yogyakarta
Jalur Seleksi Mandiri UNAIR Tahun Akademik 2025 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Laga Arema FC vs Persik: Ditonton 2.850 Aremania, Diamankan 2.113 Personel Gabungan