TIMESINDONESIA, JAKARTA – Google ditinggal godfather AI-nya, Geoffrey Hinton, 75, yang berhenti dari pekerjaannya itu dengan memperingatkan bahwa kecerdasan buatan bisa menyebabkan kerusakan serius di dunia.
Geoffrey Hinton, seperti dilansir The New York Times, meninggalkan Google agar dia bisa dengan bebas menyampaikan kekhawatirannya itu.
Selama setengah abad atau 50 tahun, Geoffrey Hinton memupuk teknologi di jantung chatbot seperti ChatGPT. Sekarang dia khawatir itu akan menyebabkan kerusakan serius.
Geoffrey Hinton adalah pelopor kecerdasan buatan.
Pada tahun 2012, Geoffrey Hinton dan dua mahasiswa pascasarjananya di University of Toronto menciptakan teknologi yang menjadi landasan intelektual untuk sistem AI yang diyakini oleh perusahaan terbesar di industri teknologi sebagai kunci masa depan mereka.
Namun, Senin, kemarin Geoffrey Hinton secara resmi keluar karena banyak pengritik, bahwa perusahaan-perusahaan itu berlomba menuju bahaya dengan kampanye agresif mereka untuk menciptakan produk berdasarkan kecerdasan buatan generatif, teknologi yang menggerakkan chatbot populer seperti ChatGPT.
Geoffrey Hinton mengatakan, dia telah berhenti dari pekerjaannya di Google itu dengan harapan bisa bebas berbicara tentang risiko AI bagian dari dirinya. Kini dia menyatakan menyesali pekerjaan itu seumur hidupnya.
"Saya menghibur diri dengan alasan normal: Jika saya tidak melakukannya, orang lain akan melakukannya," kata Geoffrey Hinton selama wawancara panjang minggu lalu di ruang makan rumahnya di Toronto, tidak jauh dari tempat dia dan murid-muridnya membuat terobosan.
Perjalanan Geoffrey Hinton dari pelopor AI menjadi doomsayer menandai momen luar biasa bagi industri teknologi yang mungkin merupakan titik belok paling penting dalam beberapa dekade.
Para pemimpin industri percaya bahwa sistem AI baru bisa sama pentingnya dengan pengenalan browser web pada awal 1990-an dan bisa menyebabkan terobosan di berbagai bidang mulai dari penelitian obat hingga pendidikan.
Tapi menggerogoti banyak orang dalam industri adalah ketakutan bahwa mereka melepaskan sesuatu yang berbahaya ke alam liar.
AI generatif sudah bisa menjadi alat untuk informasi yang salah. Segera, itu bisa menjadi risiko pekerjaan. Di suatu tempat di masa depan, kata orang yang paling mengkhawatirkan teknologi, ini bisa menjadi risiko bagi umat manusia. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Bantu Kesegaran Otak dengan Sumber Nabati Kaya Antioksidan Ini
Film Gowok Drama Panas Karya Hanung Bramantyo, Khusus Dewasa
Jadwal Tayang Film 'The Lord of The Rings: The Hunt for Gollum' Mundur ke Desember 2027
Dari Kandang Dlingo Bantul ke Istana, Sapi Bagong Milik Bayu Dibeli Presiden Prabowo
Kaca Bus Tim Persik Kediri Pecah Dilempar Batu saat Tinggalkan Stadion Kanjuruhan
Ada 43 Jemaah Haji Cadangan di Bondowoso Diharapkan Bisa Berangkat Tahun Ini
Banjir Bandang Menerpa, 119 Penduduk Kongo Afrika Meninggal Dunia
Hasil Pertandingan Piala Soeratin Askab PSSI Banyuwangi, Minggu 11 Mei 2025
Sebanyak Delapan Visa Jemaah Haji Asal Bondowoso Belum Terbit
PLN Mobile Proliga 2025, Samator Kunci Juara Tiga Usai Bekuk Bank Sumsel