Termasuk Kesenian Kuno, Jaranan Dor Kental Nuansa Mistis

TIMESINDONESIA, BATU – Jaranan Jowo atau jaranan dor merupakan jenis tarian kuda lumping kuno yang ditarikan oleh masyarakat Jawa. Sehingga nuansa mistis sangat kental dalam kesenian ini.
Menurut Agus Tri Wahyudi, pemilik sanggar seni Gadung Melati Desa Punten, Bumiaji, Kota Batu, sebelum menggelar pertunjukan tarian, ada namanya ritual pambuko atau ritual pembukaan.
Advertisement
Yaitu semacam mengundang para arwah leluhur yang ada di sekitar tempat pertunjukan. Agus pun menunjukkan caranya.
Dengan mengenakan pakaian khas Jawa Timur, jarit, dan udeng, pria 63 tahun ini merapal doa-doa tertentu sembari sesekali menyemprotkan minyak melati di depan kemenyan dan dupa yang dibakar.
Di samping kemenyan dan dupa terdapat sesajen berupa pisang raja bali, beras, kelapa, gula merah, dan cok bakal atau makanan minuman dan rokok yang disukai para leluhur. Agus mengatakan bahwa ritual ini selalu dilakukan sebelum pentas. “Kita kulo nuwun dulu sama para leluhur,” jelas Agus.
Baru setelah ritual pambuko ini dijalankan, pertunjukan pun dapat dimulai. Empat penari jaranan Jowo yang semuanya laki-laki mempertunjukkan tarian ini dengan lincah.
Di akhir tarian, mereka bergandengan dua orang untuk melakukan gerakan berputar hingga salah satu atau keduanya mengalami kerasukan.
Hal inilah yang dimaksud dengan ‘mengundang’ para arwah leluhur untuk turut serta dalam pertunjukan.
Penari tadi yang kerasukan pun mempertunjukkan tarian sesuai dengan gayanya masing-masing. Ada yang suka merangkak layaknya harimau dan mengendus kemenyan. Ada pula yang mendadak sangat kuat mengangkat barongan seberat lebih dari 50 kilogram dan mengayunkannya.
Agus menambahkan, konon tarian ini merupakan tarian rakyat, bukan tarian keraton atau bangsawan.
Sehingga tarian ini sudah sangat jarang ditemui. Salah satu yang masih ada adalah di padepokan Gadung Melati miliknya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.