CEK FAKTA: Bahaya Makan Daun Pakis, Penyebab Kanker Lambung

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Beredar tangkapan layar dengan narasi bahwa tumbuhan Pakis berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit kanker lambung. Tangkapan layar dengan narasi ini beredar di media sosial Facebook.
Salah satunya dibagikan oleh akun Eliya Rismawati pada 19 Oktober 2021. Akun tersebut menuliskan kata: Warning, dalam unggahannya.
Advertisement
Berikut narasi lengkap dalam tangkapan layar yang diunggah akun Eliya Rismawati:
"Mohon share agar makin banyak orang yg taul Pengetahuan itu berharga. Pakis berbahaya Pakis adih tumbuhan penyebab cancer, tumbuhan ini sangat racun, tak ada serangga yg berani makan. Mohon tdk ig makan tumbuhan ini, tumbuhan ini akan menyebabkan cancer lambung. Akibat makan miding atau paku/pakis, orang-orang Sarawak pengidap cancer lambung paling tinggi. Paku-pakuan adih tumbuhan spora berpembuluh. Dalam proses metabolisma menghasilkan terpenol-glucoside, yg dipastikan sbg zat penyebab utama cancer tumbuhan spora berpembuluh."
Sumber: Facebook (https://www.facebook.com/eliya.rismawati.7/posts/915709962707728)
Benarkah demikian?
CEK FAKTA
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta TIMES Indonesia, klaim bahwa makan tumbuhan Pakis berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit kanker lambung, tidak benar. Kami menelusuri dengan menggunakan mesin pencari Google, dan ditemukan fakta bahwa Pakis dapat berbahaya bagi manusia tergantung jenis dan cara pengolahannya.
Mengutip penjelasan kominfo.go.id, Pakis mengandung vitamin A dan C serta kalium, fosfor, magnesium, kalsium dan protein. Protein pada pakis 4,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan sayuran hijau yang lain. Pakis memberikan keuntungan bagi vegetarian yang membutuhkan sumber protein dan zat besi yang besar.
Ada dua jenis pakis biasanya dijual di pasar, yaitu pakis burung unta dan pakis cakar elang. Pakis burung unta yang baik untuk dikonsumsi. Sedangkan yang diduga memicu kanker adalah pakis pakis cakar elang yang mengandung ptaquiloside. Tapi, ptaquiloside pada pakis ternyata bisa larut dalam air. Jadi kemungkinan besar, jika pakis direndam dalam air es sebelum dimasak, kandungan ptaquiloside akan berkurang.
Sumber: [DISINFORMASI] Daun Pakis Bahaya | Kemkominfo RI
Informasi lain yang menjelaskan tentang manfaat tanaman Pakis juga terdapat pada artikel dari detik.com berjudul "Pakis yang Aman dan yang Memicu Kanker". Senada dengan artikel sebelumnya, dalam artikel ini dijelaskan mengenai Pakis yang aman adalah burung unta dan yang diduga memicu kanker adalah pakis pakis cakar elang yang mengandung ptaquiloside.
Pakis memberikan keuntungan bagi vegetarian yang membutuhkan sumber protein dan zat besi yang besar tetapi telah bosan makan bayam.
Aman tidaknya pakis sebagai bahan makanan tergantung darimana pakis berasal. Pakis jenis tertentu dapat mengandung ptaquiloside, suatu karsinogen seperti dilansir dari thedailymeal, Rabu (16/5/2012).
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman pakis cakar elang telah terbukti mengandung ptaquiloside dalam konsentrasi yang signifikan.
Sebuah studi yang diterbitkan di British Journal of Cancer menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara konsumsi pakis dengan pengembangan kandung kemih dan kanker usus pada sapi.
Dan beberapa tahun sebelumnya, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan Jepang yang diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute, ptaquiloside dapat mengembangkan risiko tumor pada sampel tikus.
Meskipun penelitian tersebut tidak menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi pakis dengan perkembangan kanker pada manusia, penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan menyarankan bahwa makan pakis bisa meningkatkan risiko terkena kanker kerongkongan dan kanker pencernaan.
Tapi, ptaquiloside pada pakis ternyata larut dalam air. Jadi kemungkinan besar, jika pakis direndam dalam air es sebelum dimasak, kandungan ptaquiloside akan berkurang.
Konsumsi terhadap pakis jenis burung unta yang mentah atau setengah matang dapat menyebabkan berbagai masalah perut dalam waktu 12 jam, termasuk mual, muntah, dan kram.
Sebuah studi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah menangani dua kasus keracunan makanan akibat konsumsi pakis burung unta di berbagai restoran di New York dan Kanada.
Jadi tidak peduli pakis jenis apa yang akan Anda konsumsi, terlebih dahulu cuci, rendam, dan masaklah pakis dengan matang. Atau Anda dapat merebus pakis selama 10 menit dan kemudian menumis atau mengukusnya.
Sumber: Pakis yang Aman dan yang Memicu Kanker | Detik
Pemeriksaan atas klaim serupa juga dilakukan oleh Cek Fakta Liputan6 (Cek Fakta: Mengonsumsi Daun Pakis Berbahaya karena Memicu Kanker? Ini Faktanya | Liputan6),Tempo.co ([Fakta atau Hoaks] Benarkah Mengkonsumsi Daun Pakis Bisa Sebabkan Kanker? | Tempo), dan Medcom.id ([Cek Fakta] Sayur Pakis Berbahaya Sebabkan Kanker? Ini Faktanya | Medcom).
KESIMPULAN
Klaim bahwa tanaman Pakis berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit kanker, keliru. Faktanya, Pakis memiliki kandungan yang baik untuk tubuh seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, fosfor, magnesium, kalsium, dan protein.
Memang ada studi yang menunjukkan hubungan mengonsumsi pakis dengan pengembangan kandung kemih dan kanker usus pada sapi.
Pakis dapat berbahaya bagi manusia tergantung pada jenis Pakis dan cara pengolahannya. Juga studi yang menunjukkan bahwa ptaquiloside, kandungan yang terdapat pada Pakis Cakar Elang, dapat mengembangkan risiko tumor pada sampel tikus.
Namun, penelitian yang sudah ada, tidak menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi pakis dengan perkembangan kanker pada manusia. Selain itu, bahayanya tergantung pada jenis Pakis dan cara pengolahannya.
Menurut misinformasi dan disinformasi yang dikategorikan First Draft, informasi tersebut masuk dalam kategori false context (konteks keliru). False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
---
Cek Fakta TIMES Indonesia
TIMES Indonesia adalah media online yang sudah terverifikasi faktual di Dewan Pers. Dalam kerja melakukan cek fakta, TIMES Indonesia juga bekerja sama dengan 23 media nasional dan lokal, untuk memverifikasi berbagai informasi hoaks yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA TIMES Indonesia di email: [email protected] atau [email protected] (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |