CEK FAKTA: Video dan Foto Chemtrails di Sejumlah Daerah
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Beredar video dan foto yang diklaim sebagai chemtrails di beberapa daerah di Indonesia, seperti Depok, Cirebon, Sumedang, Indramayu, Semarang, Brebes, dan Aceh. Postingan tersebut diunggah akun Instagram @teluuur pada 4 November 2021.
Dalam postingannya, akun @teluuur mengunggah 4 video yang memperlihatkan pemandangan di langit. Akun itu juga mengunggah tangkapan layar artikel berita, serta tangkapan layar pesan dan foto yang menyatakan adanya chemtrail.
Advertisement
Adapun narasi yang disertakan dalam postingannya sebagai berikut:
“Penampakan Chemtrails di Depok, Cirebon, Sumedang, Indramayu, Semarang, Brebes hingga Aceh
Join channel telegram @teluuur (klik link di bio) untuk antisipasi jika akun ini ke banned”
Sumber: Instagram (https://www.instagram.com/p/CV1l8tdJibF/)
CEK FAKTA
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta TIMES Indonesia, klaim adanya chemtrail di beberapa daerah seperti Depok, Cirebon, Sumedang, Indramayu, Semarang, Brebes hingga Aceh, tidak benar. Kami menelusuri dengan menggunakan mesin pencari dan menemukan fakta sebenarnya atas klaim tersebut.
Mengutip kompas.com, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah yang dimintai konfirmasi atas kabar tersebut menegaskan tidak benar. Fenomena jejak putih di langit seperti yang terlihat pada video-video tersebut dikenal sebagai jejak kondensasi pesawat terbang atau condensation trail (contrails) atau vapor trails.
Contrails merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat sedangkan jika contrails tersebut bentuknya berpendar atau melebar seperti awan biasa disebut juga sebagai aviaticus cloud.
Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa misi penerbangan yang memang membawa bahan kimia untuk keperluan tertentu seperti misi TMC dengan membawa NaCl yang disebarkan di area yang berawan dengan tujuan mempercepat terjadinya hujan, misi pemadaman kebakaran, dan menyebarkan pupuk atau anti hama untuk area perkebunan.
Sumber: [HOAKS] Video Chemtrails di Depok, Cirebon, Sumedang, hingga Aceh | Kompas
Tim Cek Fakta TIMES Indonesia juga pernah memeriksa klaim serupa, yang bisa dibaca pada artikel berjudul: [CEK FAKTA] Pesawat Jatuhkan Zat Kimia, Penyakit Muncul, yang dimuat pada 22 Juli 2021.
Dalam artikel itu dijelaskan, chemtrail atau chemical trail adalah suatu teori konspirasi berupa garis putih di langit yang mirip dengan jejak asap pesawat (contrail), yang diduga sengaja dikeluarkan untuk menguasai cuaca, sampai usaha untuk memusnahkan populasi manusia di dunia.
Teori konspirasi chemtrails ini kemudian semakin berkembang karena memiliki kesamaan dengan modifikasi albedo (geoengineering), yang telah diteliti oleh para ahli untuk menambahkan bahan ke atmosfer bumi agar mencerminkan lebih banyak sinar matahari kembali ke angkasa. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi perubahan iklim akibat akumulasi gas rumah kaca di dunia.
Banyak yang kemudian berpikir bahwa penelitian modifikasi albedo ini kemudian menjadi gagasan untuk membuat chemtrails atau chemical trail.
Seiring besarnya asumsi orang-orang tentang chemtrails ini, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah apapun yang telah menjelaskan terkait kebenaran chemtrail ini. Para ahli kemudian hanya memberikan respons berupa penjelasan dan pembuktian ilmiah terkait peristiwa-peristiwa yang diduga chemtrails.
Pada tahun 2000, Federal Aviation Administration (FAA) bekerja sama dengan Environmental Protection Agency (EPA), National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), membuat laporan rinci yang ditujukan untuk menghilangkan rumor chemtrails.
Pada tahun 2015, EPA mengeluarkan kembali terkait laporan tersebut yang berbunyi:
“Jika kelembaban tinggi (lebih besar dari yang dibutuhkan untuk kondensasi es terjadi), jejak asap (contrail) akan terjadi terus-menerus. Partikel es baru terbentuk dan akan terus muncul dalam ukuran tertentu, dengan mengambil air dari atmosfer sekitarnya. Selanjutnya proses ini akan menghasilkan garis berbentuk garis contrail hingga meluas untuk jarak luas di belakang pesawat terbang. Contrails persisten dapat bertahan selama berjam-jam saat muncul, dan melebar dari 200 meter hingga 400 meter. Contrails menyebar karena turbulensi udara yang diciptakan oleh pergerakan pesawat, perbedaan kecepatan angin sepanjang jalur penerbangan, dan kemungkinan melalui efek pemanasan matahari.”
Sumber: [CEK FAKTA] Pesawat Jatuhkan Zat Kimia, Penyakit Muncul
KESIMPULAN
Hasil penelusuran Tim Cek Fakta TIMES Indonesia, klaim adanya chemtrail di beberapa daerah seperti Depok, Cirebon, Sumedang, Indramayu, Semarang, Brebes hingga Aceh, tidak benar. Jejak putih di langit seperti yang terlihat pada video dan foto tersebut disebut condensation trail (contrails) atau jejak kondensasi pesawat terbang, bukan chemtrails.
Menurut misinformasi/disinformasi yang dikategorikan First Draft, informasi tersebut termasuk dalam kategori false context (konteks keliru). False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
---
Cek Fakta TIMES Indonesia
TIMES Indonesia adalah media online yang sudah terverifikasi faktual di Dewan Pers. Dalam kerja melakukan cek fakta, TIMES Indonesia juga bekerja sama dengan 23 media nasional dan lokal, untuk memverifikasi berbagai informasi hoaks yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA TIMES Indonesia di email: [email protected] atau [email protected] (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |