CEK FAKTA: Salah! Vaksin Covid-19 Berdampak Kemandulan, dan Kerusakan Organ pada Anak-anak
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Beredar cuitan di Twitter tentang vaksin covid berdampak pada kemandulan dan merusak organ tubuh anak-anak seperti jantung, hati, otak, kelenjar adrenal, limpa, dan sumsum tulang. Selain itu, dalam cuitan itu juga menyebut data stastistik yang menunjukkan anak-anak tidak punya risiko terhadap Covid-19.
Akun @RENIEKA2012 yang mencuitkan hal tersebut. Adapun narasi yang dibagikannya sebagai berikut:
Advertisement
Dr. Ryan Cole : Vaksin Covid tidak sekadar membuat anak anda mandul, tetapi juga merusak organ tubuhnya (jantung, hati, otak, kelenjar adrenal, limpa, sumsum tulang).
Data statistik menunjukkan bhw anak2 sama sekali tidak beresiko terhdp covid
Sumber: https://twitter.com/RENIEKA2012/status/1538094478032261121
CEK FAKTA
Sejumlah klaim terdapat dalam cuitan akun @RENIEKA2012. Pertama, vaksin covid membuat anak-anak mandul. Kedua, vaksin covid merusak organ tubuh anak-anak seperti jantung, hati, otak, kelenjar adrenal, limpa, sumsum tulang. Ketiga, data statistik menunjukkan anak-anak tidak berisiko terhadap covid.
Dengan kata-kata kunci tertentu, tim Cek Fakta menelusuri menggunakan mesin pencari Google. Pertama, klaim bahwa vaksin covid membuat anak-anak mandul, tidak benar. Melansir Reuters.com, Asisten Profesor dan Ketua Penelitian Kanada dari Departemen Mikrobiologi Medis & Penyakit Menular di Universitas Manitoba, dr Jason Kindrachuk mengatakan bahwa tidak ada logika untuk penggunaan formulasi vaksin anti-hCG atau -GnRH untuk mengurangi penularan Covid-19. Dan belum ada identifikasi masalah kesehatan terkait hormon yang dilaporkan dari uji klinis vaksin COVID yang sedang berlangsung.
Klaim kedua, vaksin covid merusak organ tubuh anak-anak seperti jantung, hati, otak, kelenjar adrenal, limpa, sumsum tulang. Hasil penelusuran kami menemukan klaim tersebut keliru. Dalam artikel Katadata.co.id berjudul Vaksinasi Covid-19 Bisa Merusak Organ Anak? yang tayang pada 5 Januari 2022. Sejumlah ahli kesehatan menyebut tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
Disebutkan pula, efek samping dari vaksin yang serius seperti miokarditis atau peradangan di sekitar jantung memang pernah terjadi namun sangat jarang. Miokarditis sifatnya sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya. Miokarditis terjadi akibat respons bawaan imun, bukan dari lonjakan protein.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan agar setiap orang di atas lima tahun mendapatkan vaksin Covid-19. CDC juga menekankan bahwa vaksinasi Covid-19 aman dan efektif, termasuk untuk anak-anak dan remaja.
Sumber: Vaksinasi Covid-19 Bisa Merusak Organ Anak? | Katadata
Klaim ketiga bahwa data statistik menunjukkan anak-anak tidak berisiko terhadap covid. Melansir CNBC Indonesia, hasil studi tim RSCM Jakarta menyatakan 40% pasien anak yang terinfeksi Covid-19 berisiko tinggi mengalami kematian. Penelitian tersebut dilakukan pada periode Maret-Oktober 2020 dengan meneliti 490 pasien anak yang dirawat karena Covid-19.
Hasil penelitian juga telah diterbitkan dalam jurnal dengan judul International Journal of Infectious Diseases 'Mortality in children with positive SARS-CoV-2 polymerase chain reaction test: Lessons learned from a tertiary referral hospital in Indonesia'.
Masih dikutip dari laman yang sama, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan dokter spesialis anak, Prof. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc, mengatakan bahwa menurut referensi Journal of the Royal Society Interface, risiko anak untuk terinfeksi dan sakit akibat Covid-19 sangat rendah. Kalaupun tertular, tidak bergejala ataupun pada umumnya ringan. Meski begitu, Prof. Cissy mengatakan pula bahwa tidak menutup kemungkinan pasien anak memiliki bergejala berat, masuk ICU, hingga sampai meninggal dunia akibat Covid-19.
Sumber: Studi: 40% Anak yang Tertular Covid-19 Berisiko Meninggal | CNBC Indonesia
KESIMPULAN
Hasil penelusuran Cek Fakta, sejumlah klaim dalam cuitan akun @RENIEKA2012 tersebut keliru. Pertama, klaim bahwa vaksin covid membuat anak-anak mandul, keliru. Kedua, klaim bahwa vaksin covid merusak organ tubuh anak-anak (jantung, hati, otak, kelenjar adrenal, limpa, sumsum tulang) keliru. Klaim ketiga bahwa data statistik menunjukkan anak-anak tidak berisiko terhadap covid, keliru.
Menurut mis/disinformasi yang dikategorikan First Draft, informasi tersebut termasuk dalam kategori misleading content (konten menyesatkan). Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.
Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
----
Cek Fakta TIMES Indonesia
TIMES Indonesia adalah media online yang sudah terverifikasi faktual di Dewan Pers. Dalam kerja melakukan cek fakta, TIMES Indonesia juga bekerjasama dengan 24 media dan satu komunitas (Mafindo) untuk memverifikasi berbagai informasi hoaks yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA TIMES Indonesia di email: [email protected] atau [email protected] (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |