Ekonomi

Ciptakan Kripik dari Racun Umbi Membawa Berkah Bagi Kristanto

Senin, 04 Januari 2016 - 20:25 | 387.25k
Para karyawan tengah mengolah umbi gadung untuk dijadikan kripik gadung. (Foto: Ardiyanto/lamongantimes)
Para karyawan tengah mengolah umbi gadung untuk dijadikan kripik gadung. (Foto: Ardiyanto/lamongantimes)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Kreativitas memang seringkali menjadi modal yang tidak ternilai untuk memulai sebuah peluang usaha kecil-kecilan. Tak jarang juga dengan cukup bermodal kreativitas saja bisa menjadi bisnis besar yang hasilnya sangat menggiurkan.

Tidak mudah memulai, tapi begitulah yang terjadi ketika seorang Kristanto, pria asal Desa Puncak Wangi, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, untuk memulai usahanya. Berawal dari daya kreatifnya, membuat kripik dari bahan umbi gadung.

Advertisement

Padahal, anggapan umum bahwa umbi gadung merupakan jenis umbi-umbian yang beracun. Gadung memang sejenis umbi-umbian yang mempunyai getah yang bisa berefek memabukkan dan pusing layaknya keracunan bagi yang memakannya.

Memang, bila umbi gadung di masak sembarangan dengan mengupas lalu merebusnya, maka oramf yang memakannya akan keracunan, orang Lamongan menyebutnya umbi gadung ‘mendemi’ (memabukkan). Orang yang keracunan umbi gadung memberikan efek halusinasi mirip orang mabuk minuman keras dan menjadikan seseorang berbuat di luar kendali akal sehat.

“Iya ini memang mendemi kalau tidak tahu cara mengolahnya,” aku Kristanto. Namun demikian dengan pengolahan yang baik maka racun yang ada dalam umbi gadung tersebut bisa dihilangkan dan menjadi camilan yang sangat lezat.

Lebih lanjut, Ia mengaku mendapatkan gadung yang sudah tua dari pencari umbi seharga Rp 5 ribu per kilogramnya. “Mereka nyari umbi-umbi gadung di hutan, kan di hutan banyak,” beber Kristianto.

Setelah mendapatkan umbi gadung yang siap olah, Kristanto menjelaskan proses pengolahannya cukup simple meski terbilang membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Umbi gadung tersebut di kupas dan iris tipis-tipis, irisan gadung itu dimasukkan kedalam wadah yang berisi air larutan garam. Tujuannya adalah untuk mengangkat getah beracun yang ada pada gadung tersebut. Selanjutnya, sambung dia, irisan gadung tersebut di rendam dalam larutan air garam selama 1-2 hari.

Paska diangkat dari rendaman, umbi gadung dibaluri hingga rata dengan abu gosok yakni abu bekas pembakaran kayu. Berikutnya, umni gadung ditempatkan dalam wadah transparan supaya air bisa meresap keluar. Proses penjemuran ini bisa memakan waktu hingga 3-4 hari.

Setelah air di irisan gadung dirasa berkurang, irisan gadung tersebut di jemur hingga kering. Tidak cukup sampao diaitu, paska kering irisan gadung di rendam dalam larutan air dan kapur, guna menghilangkan abunya selama 1 hari, kemudian di cuci hingga bersih.

Proses panjang pembuatan kripik masih harus dilalui. Irisan gadung itu harus di kukus hingga matang, dalam proses ini irisan gadung bisa mulai dicampuri dengan berbagai macam bumbu untuk menambah gurih. Pada tahap ini, irisan gadung sudah dapat di konsumsi.

“Racun dari umbi sudah hilang dengan proses sederhana itu,” akunya.

Setelah dikukus hingga matang, irisan gadung di jemur kering, paska kering keripik gadung siap untuk digoreng. “Setelah kering dan digoreng, sudah siap di kemas dan dijual,” beber Kristanto.

Lebih lanjut, Kristanto menjelaskan, kripik gadung yang sudah dalam kemasan dijual dengan harga tinggi. “Harganya Rp 50 ribu per kilogramnya, kalau satu packnya berisi 12 bungkus, perbungkusnya Rp 10 ribu per packnya,” tambahnya. Ia mengaku, omzetnya menembus ratusan juta rupiah perbulan.

Ide kreatifnya tersebut, Kristanto mampu mempekerjakan sebanyak 29 karyawan. “Sehari kami bisa memproduksi 5 kuintal,” pungkasnya. Produksi sebanyak itu dijual di seputaran Babat dan Kota Lamongan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES