Ekonomi

Ibu-ibu PKK Sulap Batang Pohon Pisang Jadi Kerupuk

Selasa, 20 Desember 2016 - 15:52 | 111.46k
Ibu-ibu PKK tengah berinovasi membuat krupuk berbahan dasar batang pohon pisang. (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)
Ibu-ibu PKK tengah berinovasi membuat krupuk berbahan dasar batang pohon pisang. (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Ibu-ibu PKK di Desa Konang, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, menyulap Gedebok pisang (batang pohon pisang, red) menjadi kerupuk yang lezat dan gurih.

Padahal biasanya, pohon pisang seusai berbuah batangnya akan dibuang begitu saja, dengan dilempar ke sungai atau dibiarkan hingga membusuk di pematang sawah. 

Advertisement

Namun, siapa sangka ibu-ibu PKK ini berinovasi dengan membuat krupuk berbahan dasar batang pohon pisang, setelah mendapat masukan dari mahasiswa KKN (Kuliah Ketja Nyata, res) Universitas Islam Lamongan (Unisla).

"Kami ditawari anak KKN Unisla yang pada waktu itu ada di sini untuk membuat kerupuk dari gedebok (batang pohon pisang, red) dari pada nganggur di rumah," kata Ketua Kelompok PKK Desa Konang, Qomariyah menceritakan awal mula pembuatan kerupuk Gedebok, Senin (19/12/2016). 

penjualZWDeK.jpg

Banyaknya pohon pisang yang ada di Desa Konang untuk dijadikan kerupuk Gedebok membuat para ibu-ibu PKK tertarik untuk memproduksinya. "Kemudian kami membentuk kelompok yang berisikan 20 orang," ujarnya.

Namun saat pertama kali mencoba menbuat kerupuk Gedebok dengan benar, para mahasiswa Unisla yang KKN sudah pulang. "Dari pada nganggur akhirnya kami mencoba sendiri sesuai dengan resep yang diberikan oleh mahasiswa KKN," ucapnya.

Setelah dicoba, sambung Qomariyah, kerupuk dari batang pohon pisang tersebut banyak yang menyukainya dan banyak pula pemesannya yang mulai berdatangan. "Alhamdulillah sampai sekarang  kadang kalau tidak ada panas seperti ini kewalahan memenuhi pesanan," tuturnya.

Ia mengaku, dalam pembuatan kerupuk Gedebok ini dapat menggunakan semua jenis pisang. "Kecuali pisang klutuk, tapi yang paling enak pisang susu, namun nanti kami juga akan mencoba pada pisang klutuk siapa tahu bisa," ujarnya menguraikan.

Lebih jauh, Qomariyah menjelaskan, untuk pembuatannya sendiri sangat mudah, awalnya  batang pohon pisang dibelah menjadi dua bagian, lantas kemudian diambil hatinya (bagian dalam batang pohon pisang). 

kripikkbKTG.jpg

"Hati pisang diambil 1 meter kemudian dicuci, setelah itu di peras hingga tidak ada airnya, setelah itu dicampur dengan  bahan lainnya seperti terigu 1 kilogram, tapioka 1 kilogram, bawang putih, penyedap rasa sama garam," ucap Qomariyah.

Qomariyah menuturkan, adonan yang sudah dicampur dengan rata itu kemudian dikukus hingga matang. "Setelah dikukus, didiamkan hingga dingin kemudian diiris-iris, setelah itu tinggal dikeringkan saja," ujar dia. 

Dikatakan Qomariyah, dalam proses pembuatannya hingga selesai dibutuhkan waktu hingga 3 jam. "Itu untuk 8-10 kilogram krupuk, dari mulai membelah pohon pisang sampai mengeringkan kerupuknya," tuturnya.

Sementara untuk memasarkannya, produk krupuk gedebok ini masih dipasarkan di sekitar Kecamatan Glagah saja. "Kalau keluar daerah masih belum karena belum bisa memproduksi banyak. Semetara ini, kita dititipkan di warung-warung. Kadang juga ada yang pesan dan dibawa ke Lamongan sebagai oleh-oleh," ucapnya.

Untuk harganya, kerupuk Gedebok ini dibandrol dengan harga yang relatif murah. "Untuk mentahan 1 kilogram harganya Rp17.000, sedangkan yang sudah digoreng 1 bungkus Rp1000. Dari awal usaha sampai sekarang sudah  hampir 100 kilogram," ujar Qomariyah.

Sayangnya, disaat sudah banyak peminat, usaha kelompok PKK ini masih mengalami kendala, terutama dalam permodalan. "Kita masih terkendala alat, sementara ini alatnya milik pribadi tiap anggota, seperti blender,  siapa yang punya dikumpulkan kemudian di pakai, kalau untuk mengeringkan krupuk juga masih mengandalkan cuaca, kalau musim penghujan gini gak bisa kering," katanya mengeluhkan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES