
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) untuk mewujudkan masyarakat sejahtera bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan mendirikan pasar desa. Seperti di Desa Sraten, Kecamatan Srono, Banyuwangi, Jawa Timur.
Pada awal bulan Ramadhan tahun 2017 ini, pemerintah desa setempat menggagas berdirinya pasar desa yang diberi nama Pasar Prabu Tawang Alun.
Advertisement
Jika biasanya pasar desa buka pagi, Pasar Prabu Tawang Alun Sraten justru buka mulai jam empat sore hingga jam sepuluh malam. Meski hanya memanfaatkan sempadan jalan untuk berjualan, namun para pedagang terlihat rapi menata barang dagangannya.
Dari pantauan TIMES Indonesia, sedikitnya ada lima puluh pedagang yang berjualan di pasar tersebut dengan berbagai macam jenis dagangan, seperti kuliner, sayur mayur, baju, hingga mainan anak-anak.
Meski ditata seadanya menggunakan peralatan sederhana dengan atap payung, pasar sore Sraten sangat ramai diserbu pengunjung.
Terutama menjelang waktu berbuka puasa, pengunjung banyak berbelanja di stand kuliner untuk berbelanja lauk pauk atau jajanan takjil.
Seperti yang diungkapkan Askanah (55), pedagang jajanan tradisional. Hanya kurang dari satu jam berjualan, kue Apem, Cenil, dan Precet dagangannya ludes diserbu pembeli.
“Alhamdulillah habis total. Setiap hari bisa bawa pulang uang 200 ribu. Untungnya sekitar 80 Ribu,” jelas Askanah, Sabtu (3/6/2017).
Anik (50), penjual lauk pauk dan jenang Sunsum juga mengatakan hal yang sama. Dia mengaku setiap hari mendapat omzet sekitar Rp 400 ribu dengan keuntungan Rp 180 ribu. Uniknya, sebagian besar para pedagang adalah warga setempat yang sebelumnya hanya berdagang di rumah atau jualan keliling. Dengan berdirinya pasar desa tersebut, mereka mengaku sangat diuntungkan karena lebih laris dan tak perlu susah-susah menjajakan dagangannya.
Ditemui terpisah, Kepala Desa Sraten, Rahman, menjelasan, gagasan pasar desa akan terus dikembangkan.
“Jadi tidak hanya saat bulan puasa. Tapi akan berjalan seterusnya. Tinggal nanti kita tata agar bisa berkembang,” jelas Rahman.
Saat ditanya retribusi yang dibebankan kepada pedagang, Rahman menyatakan tidak ada tarikan alias gratis. Menurutnya, bisa memberi peluang pekerjaan ke warga dengan mendirikan pasar desa sudah cukup membuat pemerintah desa bahagia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |