Ekonomi

Harga Pakan Ayam di Lamongan Naik, Peternak Cari Solusi

Selasa, 11 September 2018 - 18:23 | 207.40k
Kandang ayam petelur di wilayah Desa Sidomulyo, Kecamatan Mantup, Selasa (11/9/2018). (FOTO: Siti Nura/TIMESIndonesia)
Kandang ayam petelur di wilayah Desa Sidomulyo, Kecamatan Mantup, Selasa (11/9/2018). (FOTO: Siti Nura/TIMESIndonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGANPeternak ayam di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Jatim), melakukan subtitusi dengan bahan lokal untuk mengantisipasi kenaikan harga pakan akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar.

“Solusi pertama, peternak melakukan efisiensi dengan mengafkir ayam-ayam tua yang sudah kurang produktif lagi,” kata drh. Suparto, salah seorang peternak ayam di Lamongan, Selasa, (11/9/2018).

Advertisement

Selanjutnya, dikatakan Suparto yang juga pembina peternak ayam petelur di wilayah Lamongan, Tuban dan Bojonegoro dalam Koperasi Ternak Gunungrejo Makmur ini, peternak juga melakukan subtitusi dengan bahan lokal, berupa jagung dan dedak padi.

“Walaupun akhir-akhir ini juga naik tajam, jagung kering pipil di petani Rp 4.500 dari normal Rp 3.200 dan dedek Rp 3.000 dari normal Rp 2.300," ucapnya.

Langkah tersebut ditempuh sejumlah peternak ayam, sambung Suparto, karena dolar turut mempengaruhi harga pakan ternak. Akibatnya, para peternak harus mengeluarkan kocek lebih dalam lagi untuk tetap bisa berproduksi.

"Jadi sejak kurs dolar terus mengalami kenaikan, harga pakan sudah naik antara Rp 400 sampai Rp 600  per kilogram yang berdampak naiknya biaya produksi untuk ternak telur ataupun ayam pedaging," kata Suparto.

Ia merinci, untuk pakan ayam petelur yang awalnya Rp 4.600 per kilogram kini sudah mencapai Rp 5.200 per kilogram, sementara pakan ayam broiler awalnya Rp 6.000 per kilogram sekarang Rp  6.500 per kilogram.

Kondisi ini, sambung Suparto mengakibatkan para peternak ayam mengalami kerugian. Sebab, adanya kenaikan harga pakan ini tidak dibarengi naiknya harga telur maupun daging ayam.

"Harga telur dan daging menurun saat ini, karena melemahnya daya beli masyarakat. Hal ini yang membuat para peternak merugi saat ini karena biaya produksi naik sedang harga telur dan daging ayam malah turun," ujarnya.

Bahkan, Suparto menyebut kerugian yang dialami para peternak ayam ini mencapai jutaan rupiah. Ia membeberkan, biaya produksi 1 kilogram telur saat ini dengan harga pakan yang sudah naik sekitar Rp 21 ribu ampai Rp 22 ribu per kilogram telur, sedangkan saat ini telur dari kandang hanya laku Rp 17 rib per kilogram.

Jadi kami rugi Rp 4 ribu per kilogram telur untuk ayam 1000 ekor berarti rugi 50 kilogram kali Rp 4 ribu atau Rp 200 ribu per hari atau Rp 6 juta sebulan, padahal peternak rakyat rata-rata punya 1000 sampai 2000 ekor," tuturnya.

Ia pun berharap pemerintah segera memberikan solusi agar peternak ayam di Lamongan, tidak semakin merugi. "Semoga lekas ada solusi dari pemerintah saat ini, agar kami bisa tetap bertahan," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES