
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Harga komoditas telur puyuh di sejumlah pasar di Banyuwangi, Jawa Timur, mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan karena permintaan pasar berkurang.
Seperti di Pasar Srono, harga telur puyuh di tingkat pedagang saat ini Rp 26 ribu per kilogram, padahal sebelumnya harganya Rp 28 per kilogram.
Advertisement
"Harga turun sudah sejak 3 hari lalu. Biasa kalau suro seperti ini mesti turun," ucap Hetik, salah satu pedagang saat ditemui TIMESIndonesia.
Sedangkan di Pasar Muncar, Benculuk dan Jajag, harga telur puyuh hanya selisih seribu, yakni Rp 27 ribu per kilogram. Sebelumnya menyentuh harga Rp 29 ribu.
"Kemarin jelang lebaran Idul Adha itu harganya naik drastis. Baru bulan Muharram ini turun. Setiap tahun siklusnya selalu begitu memang," ungkap Bambang, pedagang pasar Jajag.
Sedangkan di Pasar Rogojampi, komoditas yang tengah naik daun ini harganya kisaran Rp 25.500 per kilogram. Sebelumnya harga di pasaran Rp 28 ribu perkilogram.
Menurut Kasi Perdagangan Dalam Daerah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banyuwangi, Budi Utomo, harga komoditas telur puyuh belum masuk di data Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi.
"Komoditas yang masuk adalah telur ayam dalam negeri saja. Sedangkan telur puyuh belum masuk. Jadi kami tidak bisa monitoring mengenai harga telur puyuh. Sehingga tidak bisa memberikan penjelasan lebih lanjut," ujarnya saat dikonfirmasi.
Namun, kata Budi, biasanya penurunan harga tergantung dari tingkat kebutuhan konsumen. Jika permintaan di pasaran meningkat, maka harga jual akan naik. Sebaliknya jika permintaan pasar berkurang, maka harga jual juga akan turun.
"Dalam ilmu ekonomi, kenaikan harga dan kelangkaan disebabkan oleh penawaran (supply) dan permintaan (demand) yang tidak seimbang," tutur Budi.
Dia menjelaskan, selama ini komoditas telur puyuh belum termasuk ke dalam barang kebutuhan pokok dan belum termasuk kriteria penyebab inflasi. Tetapi jika memang itu menjadi kebutuhan di masyarakat, maka bisa diusulkan masuk ke TPID untuk monitoring harga pasar.
"Kalau memang itu masuk kriteria penyebab inflasi di Banyuwangi, kami kira nanti bisa diusulkan untuk masuk ke dalam data TPID. Untuk memantau harga di pasaran soalnya," jelasnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TIMESIndonesia, komoditas telur puyuh saat ini mulai banyak digandrungi masyarakat Banyuwangi. Selain untuk dikonsumsi sehari-hari, juga dimanfaatkan oleh para pedagang kecil untuk dijual kembali dalam keadaan matang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Banyuwangi |