Ekonomi

Kiling Aliyan Banyuwangi, Tradisi dan Filosofi Ketuhanan

Senin, 20 Januari 2020 - 10:06 | 244.49k
Kiling Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. (FOTO: Desa Aliyan for TIMES Indonesia)
Kiling Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. (FOTO: Desa Aliyan for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Berkeliling di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, pasti kita akan menjumpai pemandangan yang tidak biasa. Di setiap area pesawahan, berdiri kincir angin atau bagi masyarakat sekitar disebut kiling.

Kiling adalah salah satu permainan tradisional suku Osing di Banyuwangi. Berukuran panjang seperti layaknya baling-baling. Dibagian tengah terdapat lubang untuk ditancapkan pada tiang. Ketika tertiup angin kiling akan berputar dan mengeluarkan suara yang nyaring.

Advertisement

Dan di atas tiang dipasang bambu melengkung lengkap dengan hiasan khusus yang berfungsi untuk menyesuaikan arah angin. Dengan begitu, kiling akan terus berputar sepanjang hari.

Menurut Kepala Desa (Kades) Aliyan, Anton Sujarwo, kiling adalah tradisi peninggalan para leluhur suku Osing. Maka jangan heran, di desa setempat terdapat lebih dari 50 buah kiling. Apalagi konon, suku Osing yang berdomisili di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, adalah yang tertua di Bumi Blambangan.

Kiling-Desa-Aliyan-2.jpg

Kiling adalah tradisi suku Osing, biasanya berdiri di atas bukit, di tengah sawah, yang salah satu fungsinya untuk mengusir burung,” katanya, Senin (20/1/2020).

Selain itu,  kiling juga memiliki pesan tentang filosofi ketuhanan.

“Seperti kita lihat, kiling itu kan berputar dalam satu poros, filosofinya, sebagai manusia kita harus tetap iling (Ingat) pada sang pencipta atau Tuhan,” jelas Kades yang belakangan terpilih sebagai Ketua Asosiasi Kepala Desa Banyuwangi (Askab) ini.

Sebagai salah satu desa tua di Banyuwangi, Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, memang mayoritas dihuni komunitas suku Osing. Yakni suku asli Banyuwangi. Selain kiling, di Desa Aliyan juga terdapat sejumlah situs peninggalan era kejayaan kerajaan Blambangan. Termasuk sejumlah tradisi peninggalan leluhur yang kental dengan nuansa mistis. Salah satunya tradisi Keboan, yang dirayakan setiap bulan Syura, dimana puluhan warga mendadak kesurupan dan bertingkah seperti kerbau. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES