Ekonomi

Banyuwangi Panen Raya Ubi Jalar, Tapi Harganya Murah

Selasa, 21 Januari 2020 - 22:24 | 277.76k
Petani ubi jalar di depan Bandara Banyuwangi. (Foto: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)
Petani ubi jalar di depan Bandara Banyuwangi. (Foto: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Petani di Banyuwangi, Jawa Timur kini sedang panen raya Ubi Jalar. Namun harga di pasaran murah, per kilogram mencapai kisaran Rp 800 saja.

Ihwan (50) salah satu petani asal Desa Badean, Kecamatan Blimbingsari mengaku harga Ubi Jalar yang murah sudah terjadi beberapa bulan lalu. Ihwan mengatakan, penyebab dari murahnya harga Ubi dipengaruhi kondisi medan persawahan.

Advertisement

“Dari tiga bulan lalu harganya sudah segini. Kalau medan sawahnya bagus, misal dekat dengan jalan harganya bisa Rp 1000. Tapi kalau medannya susah, seperti jauh dari jalan raya harganya bisa Rp 800 perkilogram,” ungkap Ihwan saat ditemui, Selasa (21/1/2020).

Harga tersebut, dikatakan Ihwan sudah agak mendingan dibandingan dengan tahun 2019 lalu yang hanya mencapai Rp 300 perkilogram.

"Tahun lalu harganya malah anjlok," ujarnya.

Hal senada disampaikan Santoso, petani asal Desa Kebaman, Kecamatan Srono. Menurutnya, Ubi Jalar dari dulu harganya memang selalu murah. Santoso mengakui Ubi Jalar susah diserap oleh pasar.

“Kalaupun ada pasar harganya pasti murah,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Banyuwangi, Khoiri mengakui jika saat ini petani ubi jalar sedang panen raya.

"Memang hukum ekonomi begitu, ketika barang banyak, harga turun. Jadi para petani sebenarnya banyak yang mencoba-coba. Karena barang tidak terserap pasar, akhirnya numpuk dan harganya murah," terangnya.

Khoiri mengatakan, selama ini hasil ubi jalar yang terserap pasar adalah dari kelompok petani yang terikat MoU dengan pihak ketiga. Sementara para petani yang belum berkelompok dan belum terikat MoU, sulit terserap pasar.

"Ini memang kendalanya. Kami masih mencari solusi terbaik dari permasalahan para petani ubi," cetus Khoiru

Khoiri menuturkan, seharusnya sebelum bercocok tanam, para petani ubi jalar bisa mengetahui pangsa pasar terlebih dahulu. Harapannya agar distribusi hasil tani bisa langsung terserap. "Kalau belum ada pangsa pasar akan susah," pungkas Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Banyuwangiini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES