
TIMESINDONESIA, SUMENEP – Perajin batik di Sumenep, Madura, Jawa Timur, mulai bermunculan dari kalangan pemuda. Hal itu bermula sejak Wirausaha Muda Sumenep (WMS) mulai mengadakan pelatihan membatik untuk anak-anak muda yang ingin berwirausaha bidang batik. Terhitung sejak tahun 2017 hingga sekarang, WMS kini masih terus menjadi pusat inkubator entrepreneur pemula dan membuat batik khas Sumenep
Salah satu hasil lulusan WMS yang kini mandiri adalah Tohari. Pemuda asal Desa Gingging, Kecamatan Bluto ini terus bergiat menekuni bisnis batik. Berbekal pelatihan yang ia dapat pada tahun 2017, kini usahanya mulai menemukan titik terang. Tak ayal, kini dia sering kebanjiran order dan tak jarang menolak pesanan.
Advertisement
"Membatik itu bagi saya berbisnis dengan karya. Konsumen datang setelah mereka melihat karya batik saya," kata Tohari, saat ditemui di rumahnya, Minggu (1/3/2020).
Ketekunan dalam berkarya adalah kunci sukses bagi dirinya dalam berbisnis. Sudah banyak corak batik yang ia ciptakan. Ada pula konsumen yang membuat motif sendiri dan memintanya untuk dibuatkan. Tetapi, model dan jenis batik ciri khas miliknya tetap berkarakter dan menjadi pembeda dari batik di luar Sumenep. Yaitu, warnanya yang mencolok dan bernuansa keraton.
"Batik Pajjer. Kami menyebutnya dengan nama itu. Tentu yang ingin ditonjolkan adalah nuansa keraton Sumenep," kata Tohari sambil mewarnai kain di depannya.
Hingga saat ini, Tohari sudah memiliki enam karyawan yang digaji 1 juta per bulan. Dia tidak saja mengajarkan tentang bisnis batik pada anak buahnya, tetapi juga pentingnya karakter Keraton Sumenep yang harus melekat pada hasil karyanya. Sebab, keraton dan budaya Sumenep adalah ruh dan pembeda batik luar dengan batik khas Sumenep. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Madura |