Ekonomi

Petani Tebu Protes Soal Penutupan Pabrik Gula Sidang Laut Cirebon

Senin, 02 Maret 2020 - 20:08 | 164.56k
Suasana mediasi antara perwakilan petani tebu PG Sindang Laut dengan direksi PT PG Rajawali II di Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. (FOTO: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia).
Suasana mediasi antara perwakilan petani tebu PG Sindang Laut dengan direksi PT PG Rajawali II di Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. (FOTO: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CIREBON – Penutupan operasional Pabrik Gula Sindang Laut di Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon pada awal tahun 2020 lalu, berbuntut panjang. Petani Tebu bersikeras pabrik gula tetap beroperasi.

Mereka pun melayangkan protes dan mengancam akan membongkar kebobrokan manajemen Pabrik Gula Sindang Laut.

Advertisement

Ha itu terungkap dalam mediasi yang dilakukan antara perwakilan petani tebu di Sindang Laut dan jajaran direksi PT PG Rajawali II yang membawahi Pabrik Gula Sindang Laut. Para petani mengaku masih belum puas.

Sebab, dengan dibekukannya operasional pabrik, maka akan ada beberapa aspek sosial yang ikut terdampak.

Pabrik-Gula-Sidang-Laut-Cirebon.jpg

Perwakilan petani tebu Pabrik Gula Sindang Laut Mae Azhar mengungkapkan, ketika pabrik ditutup, dampak sosial yang akan diraksan adalah PHK sekitar 300-500 karyawan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) di pabrik gula.

Selain itu, akan banyak lahan yang terbengkalai, karena petani tebu enggan menanam tebu lagi.

"Ketika pabrik tutup, mereka tidak akan menanam tebu lagi karena rugi," jelasnya usai mediasi di Pabrik Gula Sindang Laut, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon, Senin (2/3/2020).

Azhar melanjutkan, PT PG Rajawali II selaku pengelola Pabrik Gula Sindang Laut, harus bijak mengambil keputusan. Penutupan Pabrik Gula Sindang Laut harus dikaji ulang lagi karena dampak sosial tersebut. Apabila penutupan tersebut tetap dijalankan, maka pihaknya akan mengancam melakukan aksi yang lebih besar lagi.

"Kita akan jalan kaki dari sini menuju kantor Kementerian BUMN di Jakarta, untuk melakukan aksi. Kita juga akan buka-bukaan soal kebobrokan Pabrik Gula Sindang Laut," jelasnya.

Sementara menurut General Manager Pabrik Gula Sidang Laut, Muhammad Wisri, hal tersebut merupakan hak petani untuk mengutarakan pendapatnya.

Pabrik-Gula-Sidang-Laut-Cirebon-2.jpg

Saat mediasi tadi, ada yang mengusulkan untuk bisa memulai musim giling di tahun depan, ada yang memang untuk tetap giling di tahun ini.

"Kami memberikan pengertian kepada petani, dan hampir semua petani yang kami temui, asalkan bisa meningkatkan pendapatan petani, tidak ada masalah," jelasnya.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam jajaran direksi, lanjutnya, bahwa Pabrik Gula Sindang Laut terus merugi akibat kurangnya suplai bahan baku. Sejak 2016, kerugian sudah mencapai Rp 430 juta. Tahun 2017 mencapai Rp 1,5 M. Di tahun 2018 meningkat hingga Rp 5,5 M. Dan di tahun 2019 kerugiannya mencapai Rp 1,5 M.

"Sehingga keputusan direksi, sudah dipastikan tidak beroperasi 2020," tuturnya.

Saat ini, lanjutnya, meskipun proses penggilingan dialihkan ke Pabrik Gula Tersana Baru di Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon, namun administrasi tetap di Pabrik Gula Sindang Laut. Jika pabrik masih tergantung pada jumlah tebu, dan masih dengan kinerja saat ini, maka akan dipastikan tutup. "Pergerakan tebu akan semakin berkurang, pendapatan petani tebu juga akan kurang," ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Cirebon

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES