Produksi Bawang Merah Nasional Aman, Harga di Tingkat Petani Membaik

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian RI, Prihasto Setyanto mengatakan pihaknya terus siaga memantau ketersediaan komoditas hortikultura strategis termasuk bawang merah.
“Untuk bawang merah, perkiraan kami produksi nasional masih lebih tinggi dibandingkan kebutuhan. Artinya secara kumulatif bawang merah masih surplus. Namun harus diakui, distribusinya memang masih belum merata. Ini tugas kolektif bersama,” ujarnya seperti dikutip dari laman Kementan RI, Rabu (13/5/2020).
Advertisement
Sementara itu, Plt. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman memastikan neraca kumulatif bawang merah nasional masih terbilang aman. “Dari data Early Warning System (EWS) yang sudah kita petakan, neraca kumulatif nasional bawang merah masih surplus meskipun memang masih banyak daerah yang minus. Kawasan produksi bawang merah skala besar memang belum merata di seluruh provinsi," ucapnya.
Untuk itu, Sukarman mengimbau daerah yang diperkirakan minus untuk melakukan gerakan tanam untuk mengurangi defisit dan ketergantungan. "Jangan melulu bergantung pasokan dari wilayah lain,” sambungnya.
Sukarman mengatakan sebanyak 18 sentra bawang merah pemasok Jabodetabek yang meliputi Bandung, Garut, Cirebon, Majalengka, Grobogan, Pati, Demak, Temanggung, Brebes, Kulonprogo, Malang, Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan, Lombok Timur, Bima, Solok dan Enrekang diperkirakan jumlah produksinya di bulan Mei-Juni 2020 mencapai 125.363 ton dengan luas panen sekitar 15.014 ha.
Hasil produksi tersebut diprediksi mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di 18 sentra sebesar 16.344 ton dan masyarakat jabodetabek sebesar 20.357 ton serta masih terdapat neraca surplus sebesar 88.662 ton.
Miftah, tenaga kontrak di Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan yang juga petani bawang merah mengungkapkan bahwa harga bawang merah di tingkat petani saat ini cukup bagus tetapi produktivitasnya cenderung rendah.
“Harga bawang merah lagi bagus pak. Tapi sayang rata-rata produksinya menurun karena hama dan penyakit," katanya.
Menurut Miftah, harga bawang merah di tingkat petani untuk kualitas super bisa mencapai Rp35 ribu per kilogram, sementara yang berukuran kecil sampai sedang Rp 20 ribu per kilogram. Dari catatannya, setidaknya terdapat 219 hektar lahan bawang merah yang siap dipanen pada bulan Mei ini. "Kalau se- Kabupaten Grobogan dalam setahun bisa mencapai lebih dari seribu hektar."
Berdasarkan pantauan Petugas Informasi Pasar Ditjen Hortikultura, harga bawang merah di tingkat petani terendah tercatat Rp 21.000/kg di Kabupaten Malang, sedangkan harga tertinggi mencapai Rp 45.000/kg di Kabupaten Agam. Harga di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) terpantau Rp 41.000/kg, sementara harga rata-rata di tingkat pasar retail menembus Rp 51.000/kg. Harga di PIKJ terpantau mulai meningkat sejak minggu kedua bulan April dengan harga rata-rata lebih dari Rp 35.000 per kilogram.
“Beberapa hari ini pasokan yang masuk Pasar Induk Kramat Jati memang turun terus dibanding minggu lalu. Stok bawang merah yang ada hari ini grade premium atau super. Kalau yang medium masih Rp 38.000 tapi memang barangnya masih sedikit,” ujar Syarif, salah satu pedagang bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati saat dikonfirmasi via sambungan seluler.
Menurutnya, banyak pedagang besar yang memiliki stok bawang merah medium mengambil kesempatan untuk menjual dengan harga premium sehingga harganya naik lebih tinggi Rp 5.000 per kilogramnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |