Ekonomi

Gapasdap: Pembukaan Rute Penyeberangan Banyuwangi-Lombok Lumpuhkan Swasta

Kamis, 17 September 2020 - 20:45 | 140.45k
Suasana penyeberangan di pelabuhan Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Suasana penyeberangan di pelabuhan Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIGapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan) menilai pembukaan rute langsung penyeberangan Banyuwangi - Lombok dari Pelabuhan Tanjungwangi, bisa melumpuhkan ekonomi puluhan perusahaan penyeberangan swasta yang ada di jalur Pelabuhan Ketapang Banyuwangi - Gilimanuk Bali.

Setidaknya, sebanyak 50 kapal dari 26 perusahaan jasa penyeberangan yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Provinsi Jawa Timur (Gapasdap Jatim) terancam berhenti beroperasi.

Advertisement

Ini karena, rute penyeberangan langsung menuju pelabuhan Lembar, Lombok, Nusa Tenggara Barat ini telah mengurangi jumlah muatan kendaraan berat dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gapasdap Jawa Timur, Sunaryo, menyatakan bahwa pelabuhan Tanjungwangi dan Pelabuhan Penyeberangan Ketapang, lokasinya sangat berdekatan sehingga ada dua pelabuhan yang berhimpitan dengan pasar yang sama.

"Sejak adanya rute penyeberangan dari Tanjungwangi ke Lembar ini, secara signifikan telah mengurangi prosentase jasa penyeberangan sekitar 30 persen," kata Sunaryo, Kamis (17/9/2020).

Menurutnya, selama ini kendaraan yang akan menuju Nusa Tenggara Barat menyeberang melalui pelabuhan Ketapang. Selanjutnya, kendaraan akan menyeberang ke Pelabuhan Lembar melalui Pelabuhan Padangbai, Bali. Ini memutar roda perekonomian di dua titik.

Namun, adanya rute penyeberangan lain ini secara perlahan mulai mematikan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Tidak menutup kemungkinan akan mengalami kematian perekonomian nantinya.

Akibat penurunan porsi penyeberangan ini, sejumlah perusahaan penyedia jasa di Pelabuhan Ketapang mulai was-was. Tidak menutup kemungkinan, puluhan perusahaan jasa penyeberangan ini terancam tak beroperasi karena tidak kuat membiayai kebutuhan operasionalnya.

"Karena kami perusahaan swasta murni. Kalau swasta rugi ya pasti sudah gulung tikar. Karena lama kelamaan tidak menutup kemungkinan ini akan mati," keluhnya.

Dia menjelaskan, sejak merebaknya Pandemi Covid-19, penumpang kapal penyeberangan Ketapang-Gilimanuk turun drastis hingga 60 persen. Kemudian pada masa adaptasi kebiasaan baru, jumlah penumpang mulai berangsur meningkat lagi.

"Kondisi semua perusahaan kapal disini masih belum pulih sepenuhnya. Sekarang kami harus terhimpit. Dan kemungkinan ini bisa mematikan kami," tegasnya.

Dewan Pimpinan Pusat Gapasdap sudah mengirim surat kepada Kementerian Perhubungan terkait hal ini. Diharapkan, keberadaan penyeberangan ini bisa dievaluasi. Agar tidak mematikan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk.

Sunaryo menilai, trayek penyeberangan dari pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi menuju Pelabuhan Lembar ini, diisi 3 kapal dengan kapasitas rata-rata 120 kendaraan. Sedangkan kapal penyeberangan Ketapang Gilimanuk hanya berkapasitas sekitar 20 kendaraan.

"Kondisi ini berbeda dengan kita di Ketapang, disana jadwal penyeberangan selalu ada setiap hari," tegasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjungwangi, Letkol Marinir Benyamin Ginting mengakui bahwa masuknya kapal dengan trayek baru ini pasti berdampak bagi kapal-kapal lain yang sejenis. Karena memang jenis kapalnya sama yakni jenis kapal Roro, sehingga muatannya juga sama.

"Pasti berdampak. Cuma persoalannya kalau kita masuk ke persoalan itu kenapa boleh ke sini, tentu kan dia ada izin trayeknya," katanya.

Dia menjelaskan, izin trayek ini pastinya sudah ada proses pengusulan sebelumnya. Menurutnya, untuk mendapatkan trayek sendiri pasti ada proses sampai ke Kantor Pusat. Tentunya, kantor Pusat pastinya sudah melakukan kajian terhadap usulan trayek tersebut.

"Ini bisa gak trayek ini. Berdampak gak bagi orang lain atau nanti menimbulkan gesekan gak dengan orang lain. Itukan sudah dikaji," tegasnya.

Dia menambahkan, jika ada keluhan di lapangan, sebagai unsur pelaksana teknis, pihaknya tentu melihat persoalan yang timbul. Pihaknya akan menampung persoalan itu. Selanjutnya, seluruh pihak akan diajak duduk bersama untuk membahas keluhannya dan mencari solusinya.

"Harus begitu, harus duduk bersama semuanya. Jadi pihak yang terkait, pihak yang merasa dirugikan, pihak kapal, KSOP, Pelindo, kemananan pelabuhan, KPPP, duduk bersama. Persoalannya apa, kita bahas, kita cari solusinya yang mengakomodir kepentingan semua pihak. Cari solusi yang paling baiklah," katanya saat menanggapi keluhan Gapasdap mengenai adanya Pembukaan rute langsung penyeberangan Banyuwangi - Lombok dari Pelabuhan Tanjungwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES