Hari AIDS Sedunia, Jatim Masih Tertinggi Kedua Jumlah Kasus HIV di Indonesia

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Jawa Timur masih menduduki posisi kedua kasus HIV di Indonesia. Berdasarkan data SIHA Kemenkes RI, total jumlah ODHA di Jatim mulai 2005 hingga September 2020 tercatat sebanyak 66.818.
Angka ini berada di bawah Jakarta dengan jumlah 71.296. Kemudian disusul Jawa Barat sejumlah 46.525, Papua berjumlah 41.118 dan Jawa Tengah 39.145.
Advertisement
Data SIHA sendiri menjadi sistem pencatatan dan pelaporan HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang resmi, meliputi level kabupaten, provinsi dan nasional dalam satu bank data.
Jika melihat data SIHA tersebut, secara kumulatif kasus HIV yang ditemukan di Jawa Timur sebanyak 62.392 orang dari tahun 2005 hingga September 2020 atau 105% dari Estimasi ODHA sebesar 59.317 orang.
Capaian ini merupakan tahun pertama di mana telah melampaui target fast track 90% saat ODHA mengetahui statusnya.
Berdasarkan grafis pula, jumlah ODHA yang telah masuk Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) di Jatim sebanyak 40.658 orang.
Sedangkan jumlah ODHA yang patuh berobat sebanyak 20.087 orang atau sekitar 34% dari Estimasi ODHA sebesar 59.317 orang. Angka pasien HIV meninggal mencapai 8.415 orang hingga akhir September lalu.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr Herlin Ferliana, memasuki bulan Oktober, memang terdapat penambahan kasus baru.
Berdasarkan hasil tes HIV dari 447.594 orang, ditemukan sebanyak 5.578 orang atau 45% terinfeksi. Persentase tersebut dihitung dari estimasi tahunan 12.426 ODHA.
"Angka capaian sangat kurang karena pengaruh pandemi Covid-19," terang dr Herlin Ferliana, Selasa (1/12/2020).
Sedangkan jumlah ODHA yang masuk perawatan pada bulan Oktober kemarin sebesar 6.504 orang. Jumlah ODHA yang mulai melakukan terapi Antiretroviral (ARV) sebesar 4.522 orang.
Secara proporsi, HIV pada pasien laki laki dan perempuan sebesar 58% laki laki dan 42% perempuan. Pasien HIV terbanyak pada kelompok usia 24-25 tahun sebesar 70%. Lebih dari (>) 50 tahun sebesar 14 % dan 20-24 tahun sebesar 11%. Pada pasien anak sebesar 5%. Tuberculosis (TB)-HIV sebanyak 1.473 orang dan telah mendapat terapi ARV sebanyak 1.285 orang.
Sebaran jumlah pasien HIV terbanyak di Lumajang, Kota Surabaya, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
"Berdasarkan grafik pasien baru HIV di Jawa Timur sampai dengan Oktober 2020, jumlah pasien HIV di Jawa Timur ditemukan semakin banyak," imbuh Herlin.
Sementara itu, jumlah pasien AIDS pada September 2020 justru mengalami penurunan. Total pasien baru sebesar 340 orang.
Secara kumulatif pasien terbanyak pada umur 30-34 tahun. Pada kelompok pekerja pasien terbanyak pada wiraswasta dan ibu rumah tangga.
Sepanjang 2020 pula, dilaporkan jumlah pasien Infeksi Menular Seksual (IMS) sebanyak 3.385. Dengan rincian, jumlah sifilis 635 orang, DTU 379 orang dan GO+ 270 orang. Sebaran kasus terbanyak di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Kediri, Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Surabaya.
Untuk sebaran layanan, jelas Herlin, layanan tes HIV berjumlah 1.328 layanan yang terdiri dari Puskesmas dan rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Sedangkan Layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP) sebanyak 264, terdiri dari Layanan PDP Puskesmas sebanyak 194 puskesmas, Layanan PDP di rumah sakit pemerintah maupun swasta sebanyak 70.
Dinas Kesehatan Jawa Timur sendiri telah melakukan berbagai upaya penanggulangan melalui strategi penemuan dengan melakukan Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan. Selain itu, juga segera menyelesaikan Pergub sebagai amanah Perda 12 tahun 2018 tentang Penanggulangan HIV AIDS.
Penanggulangan lainnya, menyediakan layanan test Viral load di 7 kabupaten kota dengan alat TCM dan 1 layanan test viral load di RSUD dr. Soetomo dengan mesin Abott, menyediakan tes EID dari bayi yang dilahirkan oleh Ibu ODHA.
Petugas kesehatan juga melakukan tes HIV pada kelompok kunci. Antara lain semua ibu hamil, bayi dari ibu hamil ODHA, semua penderita TB, orang dengan gejala dan tanda HIV, orang dengan infeksi opportunistic HIV, memintakan tes pada Catin di mana beberapa kabupaten maupun kota mewajibkan tes HIV, melakukan tes pada pasangan ODHA, pada pasien positif IMS dan melakukan tes pada pasien Hepatitis B maupun C serta orang yang berisiko HIV.
Dinkes Jatim juga memperkuat kolaborasi tingkatkan solidaritas menuju akhir AIDS 2030 dengan mensukseskan impelementasi Suluh-Temukan-Obati- Pertahankan (STOP HIV AIDS) untuk Indonesia Sehat.
Situasi HIV Secara Nasional
Sementara itu, secara nasional, jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan November 2020 memang terus mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan September 2020 saja sebanyak 409.857 ODHA. Di mana 75% dari estimasi ODHA tahun 2020 sebanyak 543.300. Dari angka tersebut, jumlah ODHA yang patuh minum obat sebanyak 139.585 atau 26%.
Dari bulan Januari sampai dengan September 2020 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 32.293 orang.
Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (70,7%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (15,6%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun (8.5%). Sedangkan kelompok anak anak 0 – 19 tahun sebesar 5,1%.
Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi pada bulan Januari-September 2019 adalah hubungan seks berisiko pada Lelaki Seks Lelaki (LSL) (18%), Heteroseskual (17%) serta penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (1%).
Jumlah Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) dengan pendekatan sindrom sebesar 27.251 orang dan pendekatan laboratorium sebesar 41.216 orang. Jumlah ibu hamil positif sifilis sebesar 3.021 ibu hamil. Sedangkan jumlah ibu hamil sifilis diobati 1.540 orang.
Kemenkes RI saat ini gencar melakukan tes dan treat all (perawatan). Di mana target pada tahun 2019 ODHA on ARV 30% dan tahun 2024 sebesar 60%.
Akselerasi ARV dengan mempercepat pemberian ARV pada orang hasil tes HIV paling lambat 1 minggu bila tidak ada kontra indikasi.
Di sisi lain, pemerintah juga memperbanyak layanan tes dan layanan PDP, notifikasi pasangan pada semua ODHA, membentuk tim mentoring tiap kabupaten maupun kota, memastikan ketersediaan obat ARV, rapid test HIV, layanan test viral load, layanan early infant diagnosis (EID). Serta memastikan layanan test dan PDP untuk kasus HIV tetap buka pada masa pandemi dengan tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat bagi ODHA. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |