Warga Sidoarjo Ini Raup Omset Tinggi dari Ternak Ikan Cupang Hias

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Aang Setiawan, warga Desa Pilang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo memilih menjadi peternak ikan cupang di usia mudanya.
Sarjana Informatika Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini selepas lulus kuliah langsung terjun untuk membudidaya ikan hias tersebut. Dari usahanya tersebut, Aang mampu meraup keuntungan Rp 15 juta per bulan.
Advertisement
Permintaan ikan cupang melonjak saat Pandemi Covid-19 ini. Bahkan Bapak satu anak ini kebanjiran permintaan dari luar pulau seperti Riau, Palembang, Pangkalpinang dan daerah lainnya.
Kepada TIMES Indonesia, Aang mengungkapkan alasan dia memilih beternak Ikan Cupang daripada kerja sesuai ilmu yang dia tempuh di perguruan tinggi.
Aang menuturkan, budidaya ikan cupang relatif lebih mudah dibanding ikan hias lain seperti koki maupun koi. Dalam perawatan hariannya pun ikan cupang sangat mudah dan tidak ada kekhususan.
Awal mula dia membeli 4 pasang indukan ikan cupang seharga Rp.2.500.000, dari 4 pasang idukan itulah Aang mulai membudidaya ikan cupang di tahun 2016. Ia mengaku memang suka ikan cupang dari kecil, lulus kuliah pun ia memilih ternak ikan cupang hias saja daripada kerja kantoran.
"Biaya awal saya pinjam orang tua, ya pertama orang tua tidak percaya bisnis ikan cupang apa ada masa depanya. Tetapi saya buktikan, saya tekuni saya seriusi dan ternyata sangat menjanjikan," kata Aang, Rabu (2/12/2020).
Aang memaparkan jika ikan cupang tahan banting dan dikenal tangguh terhadap perubahan cuaca yang berdampak pada suhu air. Begitu juga dengan penyakit, lumayan berdaya tahan tinggi. Perawatan rutin pun hanya berupa pemberian makan pada pagi dan sore hari.
Ikan cupang sudah mempunyai nilai ekonomi mulai usia 1 bulan. Ya seumuran itu saya jual 10 ekor dengan harga Rp 300 ribu, itu jenis yang bagus. Untuk yang sudah berumur 2,5 bulan sampai 4 bulan saya jual Rp.300 ribu sampai Rp. 4 jutaan," ujarnya.
"Penjualan via online, dari mulut ke mulut dan sudah banyak pecinta dan penghobi ikan cupang langganan yang selalu beli di saya. Untuk permintaan banyak dari beberapa kota di Jawa Timur dan liuar pulau seperti Riau dan Pangkal Pinang," paparnya.
Meski begitu, pria kelahiran 20 November 1992 ini juga mengakui pernah tertipu saat membeli indukan ikan yang akan dia budidaya.
"Saat itu saya membeli indukan jenis cupang Bluerim via online dari Tangerang dengan harga Rp 700 ribu. Setelah uang saya transfer ke penjual, malah nomor saya diblokir dan tidak bisa dihubungi lagi, ya sudah ketipu Rp 700 ribu saya," akunya.
Ditanya biaya perawatan ikan cupang setiap bulannya, pria kelahiran Legundi Gresik ini menjelaskan jika setiap bulanya dia harus menyediakan Rp 500 ribu untuk biaya membeli pakan seperti pelet ikan, cacing sutra, kutu air dan jenting nyamuk. Selain itu di musim pancaroba seperti saat ini, dirinya harus ekstra dalam merawat anakan ikan cupang.
"Jika cuaca panas sekali ikan akan dehidrasi, jika cuaca dingin akan menyebabkan jamur pada ikan. Makanya saya selalu memberi perawatan estra saat ini, seperti memantau suhu air, memberi pakan yang rutin serta memberi vitami di kolam penampungan ikan cupang tersebut," jelasnya.
Setiap dua minggu sekali, ungkap Aang dia selalu mengawinkan beberapa indukan cupang untuk di budidaya. "Hasilnya nanti ikan cupang umuran 1 bulan baru bisa memiliki nilai ekonomi atau saya jual," ungkapnya.
Ditanya berapa harga ikan cupang yang paling mahal dia jual, Aang mengaku jika ikan cupang jenis red avatar galaxy pernah dia jual seharga Rp 4,5 juta.
"Ikan itu memiliki harga tinggi jika warna solid, corak warna berbeda, dan warna tembus antara kedua sisi kulit ikan dan ekor atau bentuk ikan cupang indah. Ikan saya pernah dibeli pecinta ikan cupang seharga Rp 4,5 juta. Dan ini ada ikan cupang yang bagus saya minta sama, Rp 4,5 juta," akunya.
Untuk bisnis cupang di Indonesia, Aang mengeluhkan jika kesulitan dalam pengiriman ikan cupang terutama menembus pasar luar negeri. Kalau di Indonesia pecinta ikan cupang jutaan, tapi pengalaman tetap permasalahannya di pengiriman ikan.
"Kalau menembus pasar luar negeri kita pasti rumit harus melewati karantina hewan, kemudian kita harus punya orang atau perwakilan orang di negara yang kita tuju itu. Rumit makanya saya pilih bermain di pasar nasional saja," ujarnya.
Padahal permintaan ikan cupang dari Malaysia, Singapura dan beberapa negara lain banyak. "Tapi ya kendala pengiriman makanya saya tolak.Ya saya berharap Pemerintah memfasilitasi kami agar ikan cupang Indonesia bisa menembus pasar internasional," pungkas warga Kabupaten Sidoarjo ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |