Ekonomi UMKM Tangguh

Lebih dari Seabad, Gerabah Sitiwinangun Cirebon Tetap Eksis

Sabtu, 12 Desember 2020 - 17:00 | 357.65k
Para pengrajin gerabah Sitiwinangun Kabupaten Cirebon. (Foto: Dede Sofiyah/TIMES Indonesia)
Para pengrajin gerabah Sitiwinangun Kabupaten Cirebon. (Foto: Dede Sofiyah/TIMES Indonesia)
FOKUS

UMKM Tangguh

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CIREBON – Cirebon, Jawa Barat, tidak hanya dikenal dengan kuliner dan tempat bersejarah saja. Pengunjung juga dapat menikmati pusat kerajinan gerabah Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang.

Gerabah Sitiwinangun sudah ada lebih dari seabad dan menjadi salah satu kerajinan turun temurun yang diproduksi warga setempat.

Advertisement

Lokasinya di Jalan Bakung-Jamblang No.16, Jamblang, sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Cirebon.

Sariman, salah satu perajin gerabah Sitiwinangun menjelaskan, kerajinan gerabah dikenalkan oleh para leluhur. Gerabah itu digunakan sebagai tempat masak, tempat cuci tangan, hingga gelas. Sampai akhirnya, menjadi mata pencaharian bagi warga di Desa tersebut.

Pengrajin Gerabah

"Kalo kapannya saya kurang tahu pasti, karena produksi gerabah ini sudah ada sejak lama. Kita tinggal melanjutkan aja," ujarnya, Sabtu (12/12/2020).

Menurut Sariman, untuk sekarang warga yang tetap bertahan memproduksi kerajinan gerabah tidak sebanyak dulu, jumlahnya bisa dihitung. Sariman biasanya memproduksi kerajinan untuk pembuatan pot bunga, gentong, dan juga tempat untuk wudhu.

Dalam sehari, biasanya ia memproduksi 10 biji kerajinan gerabah dengan ukuran besar dan lebih dari 10 gerabah ukuran kecil.

"Untuk yang kecil-kecil, biasanya yang buat itu ibu saya. Kalau yang besar-besar itu saya," tambahnya.

Bahan baku pembuatan kerajinan gerabah ini terbuat dari tanah liat yang diambil dari sawah, pasir, dan dicampur dengan air. Proses pengolahannya, semua bahan dicampur jadi satu, lalu digiling dengan alat khusus.

Pembakaran Gerabah

"Tanah liat yang dipakai juga bukan tanah liat sembarangan. Kita ambil tanah liat di dalam," ujarnya.

Setelah semua sudah menjadi satu adonan, gerabah lalu dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dibakar pada tahap terakhir.

"Saat proses penjemuran ini tidak boleh terpapar langsung di bawah sinar matahari, karena menghindari produk biar enggak retak. Kalau dibakar itu fungsinya biar gerabaknya lebih kuat, dan tidak mudah retak," katanya.

Untuk harga kerajinan gerabah Sitiwinangun dibanderol dengan harga yang berbeda-beda, mulai dari ribuan hingga ratusan ribu rupiah. Pembeli berasal dari wilayah Cirebon dan sekitarnya, bahkan banyak yang berasal dari luar kota dan memesan langsung ke tempatnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES