Ekonomi

Keren, Kacamata dari Limbah Kayu Buatan Mahasiswa Majalengka Tembus Pasar Internasional

Minggu, 20 Desember 2020 - 20:30 | 119.54k
Muhammad Furqon Iskandar Fatah (20thn) Mahasiswa UPI, Bandung (Foto: Ayu Lestari/TIMES Indonesia)
Muhammad Furqon Iskandar Fatah (20thn) Mahasiswa UPI, Bandung (Foto: Ayu Lestari/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CIREBON – Muhammad Furqon Iskandar Fatah, Mahasiswa Majalengka baru-baru ini mendapat sorotan Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon. Pasalnya kacamata yang dibuatnya dari limbah kayu bekas berhasil tembus pasar International.

Pengusaha muda yang masih mengenyam bangku pendidikan strata 1 semester 5 jurusan Fisika Murni di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung ini mengawali usahanya membuat rangka kacamata dengan kayu pada bulan Agustus lalu.

Advertisement

"Awal mulai itu dari gantungan, karena modal sudah terkumpul bulan Agustus mulai usaha ini, dan enggak tahu kenapa sekarang saya merasa nyaman," ujarnya, Minggu (20/12/2020).

Berawal dari kreativitasnya mengukir limbah kayu menjadi pernak pernik menarik mulai dari hiasan dinding, gantungan kunci hingga kini kreasinya membuat rangka kacamata dengan limbah kayu.

"Mulainya saat saya usia 20 tahun engga langsung usaha rangka kacamata. Tetapi, memulai usaha dengan produksi gantungan kunci atau tas, " katanya.

Dalam kurun waktu tiga bulan sejak usahanya dirintis, pemuda asal Majalengka ini berhasil menjual barang kerajinannya hingga ke luar negeri.

"Bingkai kacamata dari limbah kayu ini pernah di ekspor 10 pieces bingkainya ke Arab dan 1 pieces ke Jepang," ungkapnya.

Bahan limbah kayunya pun, sambung remaja yang akrab dipanggil Furqon ini, bukan limbah kayu biasa melainkan kayu jati yang memang terkenal dengan kualitasnya, yaitu kayu Eboni dan Jati lokal.

Tidak hanya menggunakan kedua bahan tersebut, ia melakukan impor bahan baku usahanya dari beberapa negara asing seperti kayu Wenge dari Afrika, kayu Walnut dan oak putih dari Amerika, kayu Zebra dari Eropa dan terakhir Rosewood dari India

"Karena ingin benar-benar mengolah limbah kayu di tukang kusen yang kerap kali terbuang atau tidak terpakai, makanya dibuatlah kacamata dari limbah kayu ini, kita juga impor beberapa kayu dari luar, karena memang untuk pemenuhan menuju pangsa pasar yang lebih luas," tuturnya.

Furqon memaparkan bahwa inovasi dari kedua jenis bahan untuk kacamatanya pun berbeda, inovasi yang kacamata hasil pengolahan ini memang tujuannya adalah kacamata berkualitas meski dari limbah kayu.

"Jadi, untuk kacamata dari limbah kayu ini saya ingin mengenalkan dan menyampaikan bahwa ini loh limbah kayu yang bisa dibuat jadi kacamata," tuturnya.

Sedangkan, produk lainnya bertujuan untuk benar-benar disasarkan pada pangsa pasar kelas menengah keatas dengan target dalam maupun luar negeri.

Kesulitan dalam pembuatan kacamata ini sendiri cukup tinggi. Sebab, berbeda dengan bahan lainnya yang bisa dicetak atau dibentuk dengan mudah, karena berbahan dasar kayu maka membutuhkan ketelitian pemahatan dan pengrajinan yang lebih detail.

"Alhamdulillah sih yang seperti ini (kacamata impor) engga ada dan jangan sampai. Tapi, untuk yang limbah ada aja sih yang gagal," ucap Furqon.

Karena memang, lanjut Furqon, tenaga pengrajin yang menangani kacamata yang non limbah atau recycle ini benar-benar sudah professional, untuk bahan berasal limbah kayu itu memakai tenaga pengrajin yang lokal.

"Khusus dan sudah pro banget dia, dan memang selain mengerjakan kacamata orang ini juga yang mengerjakan produksi usaha gantungan kunci saya dan termasuk saya juga," katanya.

Dari seluruh tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) yang ia miliki sendiri sekarang ini ada 4 orang termasuk didalamnya adalah Furqon sendiri, yang 2 diantaranya mengerjakan pekerjaan untuk kacamata yang limbah kayu.

Disisi lain, terkait berapa banyak pieces kacamata yang telah ia jual. Untuk saat ini, belum mencapai ratusan akan tetapi produknya telah memasuki negara-negara besar seperti Arab dan Jepang, bulan lalu ia mengekspor ke Singapura.

Adapun untuk pembelian dari dalam negeri karena baru berjalan 3 bulan masih orang-orang terdekat dan relasi saja yang melakukan pemesanan.

Akan tetapi, ia yakin bahwa usaha miliknya dapat maju dan sukses. Terlebih, keluarga sangat-sangat mendukung usaha yang dirintisnya.

"Enggak nyangka banget, awalnya juga jalanin santai tapi benar dijalaninnya dan engga nyangka bisa sebesar ini," ujarnya dengan antusias.

Tetap, baik keluarga maupun Furqon tidak akan melupakan dan melalaikan tugas utama sebagai seorang mahasiswa yaitu belajar. Karena, bagaimanapun juga pendidikan adalah hal utama. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES