Harga Kedelai Naik, Pabrik Tahu di Jombang Mogok Produksi 3 Hari

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Pabrik tahu di Jombang keluhkan harga kedelai yang naik tinggi. Pihak pabrik dan pegawai sempat mogok produksi selama 3 hari.
Lucky Ayuwardani (26), pengelola sekaligus anak dari pemilik pabrik tahu di Desa Sumber Salak Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang mengakui, kenaikan kedelai dialami sejak kurang lebih satu bulan yang lalu.
Advertisement
"Kini harga kedelai mencapai harga 9.200, mengalami kenaikan kisaran 2000 dari bulan kemaren," ujar Lucky, kepada TIMES Indonesia, Minggu (3/1/2021).
Kedelai sebagai bahan utama pembuatan tahun dan tempe juga sebagai salah satu kebutuhan pokok warga Jombang ini mengalami kenaikan yang begitu drastis. Permintakaan konsumen yang semakin tinggi sedangkan harga kedelai makin tinggi membuat pabrik tahu kebingungan menangani perimintakaan konsumen agar tidak rugi.
"Kita juga kebingungan untuk mengatasi permasalahan ini, bentuk protesnya kemaren mogok produksi selama 3 hari. Berharap pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai," katanya.
Lucky menjelaskan, untuk mengantisipasi kerugian yang besar pihaknya telah menaikan harga jual tahu miliknya dengan menambahkan harga 200 rupiah perpotong tahunya.
"Antisipasinya kita naikan harga 200 rupiah perpotong tahu. Serba bingung juga konsumen juga tidak mau kalau ukuran tahun di perkecil atau menjadi tipis. Alhamdulillah, untuk pelanggan kami mau dinaikan harganya. Kasian pabrik lain yang tidak bisa menaikan harga," bebernya.
Pihaknya mengaku, ia lebih memilih memakai kedelai impor dibanding kedelai lokal. "Kedelai impor, kalau kedelai lokal susah pengelolaannya," imbuhnya.
Lucky berharap, pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai impor agar para produksi tahu dan tempe khususnya tidak semakin menderita akibat naiknya bahan utama pembuatan tahu dan tempe tersebut.
"Semoga pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai impor. Agar penjualan kembali optimal kembali, karena kalau terlalu mahal kasian yang produksi, kalau pembeli itu kalah menang itu mintak yang murah tapi harus berkualitas," tungkasnya.
Dampak kenaikan kedelai itu dibenarkan oleh Ali Muhyidin (35), pengepul kedelai di Dusun Sugehwaras Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang mengatakan, bahwa kenaikan kedelai impor ini dialami sejak kurang lebih satu bulan sebelumnya.
"Kalau penyebabnya saya kurang paham, mungkin ngikuti dollar Amerika karena impornya dari sana," jelasnya.
Dirinya mengaku bahwa sejak ia menekuni usahanya 4 tahun silam pada tahun ini mengalami kenaikan yang begitu drastis.
"Naik sekitar 2000 perkilogramnya kalau di pengepul harga sekitar 9000 hingga 9100 rupiah perkilonya," imbuhnya.
Baginya kenaikan harga kedelai tidak begitu dampak yang berarti. Sebab ia menjual dengan harga sesuai pasaran. "Kalau bagi kami tidak begitu berarti, namun dampak ini dirasakan besar oleh pelanggan saya yang usaha tahu dan tempe," tuturnya.
Dengan harga kedelai yang semakin naik, pihaknya juga merasa kasian kepada komunitas produksi tahu dan tempe. Ia berharap pemerintah bisa menstabilkan kembali harga kedelai impor. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |