Ekonomi

Anggota DPRD Banjarnegara Sukses Ternak Domba Gibas

Kamis, 11 Februari 2021 - 22:19 | 271.30k
Domba ekor gemuk di kebun kopi milik Marno. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Domba ekor gemuk di kebun kopi milik Marno. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARADomba Ekor Gemuk (DEG) atau sering disebut Domba Gibas merupakan salah satu ternak ruminan kecil asli Indonesia. Populasinya  tersebar di wilayah kepulauan bagian timur Indonesia.

Domba ini memiliki  ukuran badan lebih besar ketimbang domba lain pada umumnya, tekstur bulu lebih kasar, ekor lebih panjang dan  pangkal ekornya lebih besar dengan timbunan lemak cukup banyak sebagai cadangan saat kekurangan pakan.

Advertisement

DEG atau Gibas adalah jenis domba pedaging dan hidupnya berkoloni sehingga lebih baik, jika dipelihara di alam bebas (diumbar).

domba ekor gemuk b

Hal ini setidaknya sudah dibuktikan, Marno anggota Komisi 3 DPRD Banjarnegara,  asal Desa Karanganyar Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Marno yang juga sebagai ketua PAC PDI Perjuangan Kalibening dan mantan Kades Karanganyar mengaku, sudah tiga tahun memelihara 125 ekor kambing betina dan 5 lima ekor pejantan di kebun kopi seluas 2 hektare miliknya.

Menurutnya, domba ini lebih mudah perawatannya, apalagi suka berkoloni sehingga lebih gampang digembalakan di kebun atau padang rumput.

Yang terpenting kata Marno, adalah pengawasan terhadap kambing betina yang bunting tua. Karena bisa saja lahir di alam terbuka dan ini sering terjadi. Jika ini terjadi, peternak harus membantu atau mengevakuasi kambing dan anak- anaknya ke kandang yang disediakan sehingga tidak kedinginan atau kepanasan.

"Kebetulan yang senang bidang pertanian dan peternakan. Satu lagi, ternyata kambing yang diumbar, lebih sehat, kwalitas dagingnya lebih baik dan utamanya adalah menghemat biaya pakan," jelasnya saat ditanya TIMES Indonesia, Kamis (11/2/2021).

Ide memelihara kambing Gibas dengan sistim 'umbaran' berawal saat dirinya mengikuti pelatihan selama dua minggu di Pusat Pelatihan Petani Pedesaan Swadaya (P4S) Komunitas Tumbuh Bersama yang dikelola Mindo Sianipar yang berlokasi di Cariu Kabupaten Bogor  beberapa waktu yang silam.

"Di sana saya mendapatkan pengalaman berharga dan setelah mencoba  hasilnya lumayan, terlebih saat pandemi Covid-19. Maka dari itu kami juga mengajak warga sekitar untuk ikut memelihara dengan sistim gaduh," kata Marno.

Caranya, warga yang  berminat dapat  memelihara sesuai kemampuan. Jika kambing itu lahir jantan, maka setelah berumur 6 -7 bulan dijual dan hasilnya dibagi dua sementara jika betina, dipelihara. Begitu seterusnya.

"Dengan seperti ini, warga merasa terbantu, karena tidak harus mengeluarkan modal untuk beli kambing. Dan perkembangan domba ini  cukup baik. Udara di sini juga cocok untuk pengembangan kambing tersebut," jelas Marno.

Marno yang tinggal Desa Karanganyar RT 02  RW 04  Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegsra juga menyampaikan,  bahwa dengan sistim ternak domba gibas seperti ini dapat membantu warga disaat perekonomian sulit seperti sekarang ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES