Pria di Blitar Sulap Kawat Jadi Kerajinan Tangan Indah

TIMESINDONESIA, BLITAR – Kawat biasanya digunakan sebagai pengikat besi atau pengikat bahan lainnya di dunia konstruksi. Namun, di tangan Mashun Shofwan, kawat tembaga disulap menjadi kerajinan tangan yang unik dan menarik. Mashun merangkai kawat tembaga berwarna keemasan tersebut menjadi bros, liontin kalung, gelang, cincin dan gantungan kunci.
Kerajinan Tangan yang satu ini memang unik dan berbeda dengan yang lain. Itu karena dalam pengerjaannya memerlukan ketelatenan yang luar biasa. Bagaimana tidak, kawat yang beukuran kecil harus dikaitkan satu dengan yang lain untuk menghasilkan sebuah kerajinan.
Advertisement
Mashun sedang mengerjakan pesanan Saat TIMES Indonesia berkunjung ke Workshopnya di Dusun Manukan Desa Pojok Kecamatan Garum Kabupaten Blitar, Rabu (24/2/2021).
Workshop tersebut berukuran tidak begitu besar sekitar 3x6 meter yang berada tepat di sebelah selatan rumahnya. Ada sebuah meja besar lengkap dengan peralatan untuk mengerjakan kerajinan. Mashun dibantu sang istri dalam mengerjakan pesanan kerajinan tersebut.
"Saya memulai membuat kerajinan dan memasarkan sendiri dari 2010. Sebelumnya waktu saya di Surabaya hanya membuat berdasarkan pesanan orang lain," kata Mashun.
Hasil Kerajinan dari kawat tembaga Buatan Mashun
Mashun menceritakan ia tertarik membuat kerajinan dari kawat, saat ia masih bekerja di proyek pembangunan. Menurutnya, waktu itu banyak limbah kawat yang berserakan di tempat kerjanya. Ia berpikir bagaimana kawat tersebut bisa menghasilkan uang lebih daripada hanya dijual kiloan.
"Akhirnya saya coba coba. Kawat saya rangkai dijadikan hiasan. Kata teman hasilnya bagus. Singkat cerita kemudian saya dapat pekerjaan untuk membuat kerajinan dari kawat tembaga," urainya.
Yang membuat kerajinan buatan Mahsun berbeda dengan yang lain adalah dari segi keawetan. Kawat tembaga ia rangkai untuk menghiasi batu akik dan batu arcylic.
"Saya menempel hiasan dirangkaian kawat tanpa lem. Kelebihan rangkaian pakai kawat lebih kuat dan awet," sambung Mashun.
Mashun sudah sangat mahir dalam merangkai kawat tembaga. Ia mengaku hanya menghabiskan dua jam untuk membuat satu gelang besar. Sedangkan untuk membuat satu cincin, ia hanya membutuhkan waktu 10 menit.
"Tapi semua tergantung kerumitan dan model. Semakin rumit maka waktunya juga semakin panjang," tambahnya.
Mashun diantara deretan penghargaan dari Pemkab Blitar
Atas bakatnya itu, Mashun beberapa kali mendapatkan penghargaan dari pemerintah Kabupaten Blitar. Diantaranya, juara harapan I Audisi Pengembangan Sektor Informal (Abang Informal) 2020 dan Top Five Appreciation Audisi Pengembangan Wirausaha (Abang Wira) 2019.
Mashun tidak memungkiri bahwa pandemi Covid 19 telah menurunkan omzet penjualan kerajinan. Sebelum pandemi, ia bisa meraup Rp 10 juta dalam sebulan. Namun saat ini, ia hanya menghasilkan Rp 3 juta dalam sebulan.
"Paling banyak saya kirim ke Aceh dan Depok. Alhamdulillah, selama pandemi, pesanan tetap ada. Kami tetap produksi tidak sampai nol," ujarnya.
Harga kerajinan buatan Mashun bervariasi. Dari yang paling murah, bros Rp 3 ribu hingga Liontin berharga Rp 400 ribu. Gelang seharga mulai Rp 50 ribu - Rm 150 ribu.
"Namun, yang paling laris harga Rp 50 ribu ke bawah. Karena kebanyakan untuk suvenir," ulas Mashun mengenai kerajinan tangan dari kawat yang dibuatnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |