Produksi Turun Drastis, Pembuat Brem di Madiun Tetap Bertahan

TIMESINDONESIA, MADIUN – Brem dikenal sebagai oleh-oleh khas Madiun selain sambel pecel. Sentra pembuatan penganan yang terbuat dari sari tape ketan itu ada di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun.
Sebagian besar warga Desa Kaliabu menjadikan brem sebagai salah satu sumber penghasilan. Termasuk di antaranya Parti pembuat brem yang mulai berproduksi sejak 1995. Meskipun produksi terdampak pandemi, Parti tetap bertahan hingga kini.
Advertisement
"Sebelumnya saya buruh di salah satu pabrik brem. Kemudian saya memutuskan membuat sendiri setelah 10 tahun bekerja," ungkap Parti.
Parti menuturkan, proses pembuatan brem cukup lama. Tahap awal adalah pembuatan tape ketan sebagai bahan dasar brem. Ketan yang sudah ditanak ditambahkan ragi. Proses fermentasi membutuhkan waktu sekitar 5 hari.
"Butuh waktu kurang lebih 6 hari untuk menjadi brem," jelas Parti.
Sebelum pandemi, produksi brem meningkat menjelang Idul Fitri. Banyak pemudik yang membeli brem untuk oleh-oleh sanak saudara. Saat kondisi normal, sekali produksi bisa sampai 1 ton ketan. Namun, saat ini produksi turun drastis hanya sekitar 2-4 kuintal.
"Produksi menyesuaikan permintaan pasar," kata Parti.
Untuk pemasaran, Parti hanya mengandalkan penjualan di toko oleh-oleh di wilayah Madiun saja. Selain brem, dia juga memproduksi madumongso yang bahan bakunya sama yakni tape ketan. Brem buatan warga Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun sudah banyak dikenal konsumen. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |