Banyak Pengrajin Kuningan di Bondowoso Berhenti Produksi

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Sejumlah pengrajin kuningan di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, harus berhenti produksi. Hal itu menyusul setelah penjualannya kian merosot. Apalagi di tengah pandemi Covid-19.
Tak hanya itu, sejumlah pengrajin harus tutup alias gulung tikar. Seperti yang terjadi bagi pengrajin di Desa Cindogi, Kecamatan Tapen.
Advertisement
Abdullah, salah seorang pengrajin yang masih bertahan mengatakan, hampir selama tiga bulan tidak ada penjualan sama sekali. Tepatnya awal pandemi tahun lalu.
"Bahkan pernah pada awal masuknya pandemi Covid-19, beberapa bulan tidak ada pembeli sama sekali," katanya saat dikonfirmasi.
Dengan begitu, dia baru memproduksi kuningan kalau sudah ada pesanan dari luar, atau kalau ada modal lebih sebagai stok cetakan.
Menurutnya, harga kerajinan kuningan terbilang tinggi karena proses cetakannya yang lama. Bahkan bisa membutuhkan waktu satu bulan.
Menurutnya, harga kuningan sendiri paling mahal hanya Rp 55 ribu per kilogram. Tetapi cara kerjanya yang susah.
"Yakni prosesnya yang membutuhkan waktu yang lama. Itu yang membuat harga kerajinan ini lumayan mahal,” terangnya.
Harga hasil kerajinan kuningan variatif. Mulai Rp 125 ribu sampai maksimal Rp 6 juta. "Sesuai dengan ukuran dan pesanan konsumen," imbuhnya.
Baginya tak ada pilihan lain, selain terus berinovasi. Hasil kerajinannya diberi sentuhan warna yang beragam. Meski harus mengeluarkan biaya tambahan.
"Yang lain juga meniru. Tapi di sisi lain harga jualnya semakin menurun di tengah pandemi. Itu yang membuat sejumlah toko di sini memilih tutup,” ungkapnya.
Adapun toko yang ada di Desa Cindogo Bondowoso hanya tersisa tiga toko saja. Padahal sebelumnya ada tujuh pengrajin kuningan yang memasarkan berbagai hasil kerajinan kuningan dengan berbagai jenis. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |