Hadiri Hebitren, Gus Syauqi Dorong Kebangkitan Ekonomi Pesantren

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Ketua Dewan Pembina Santri Millenial Centre (Simac), Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin atau Gus Syauqi, mendorong santri dan pesantren bersama-sama membangun kekuatan ekonomi pesantren dalam satu wadah.
Ajakan itu disampaikan dalam Diskusi Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Santri dan Pesantren yang berlangsung di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kamis (25/3/2021) sore. Diskusi dihadiri pengusaha dan pejabat Kabupaten Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso.
Advertisement
“Saya sering menyampaikan yang datangnya dari para pendahulu kita, jama’ah lil jam’iyah dan jam’iyah lil jama’ah, firqotan waharakatan linahdlatil jami’ah,” katanya dalam acara yang digelar oleh Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren atau Hebitren itu.
“Orang itu harus membuat satu wadah untuk bersama-sama tidak bisa sendiri-sindiri. Baik secara pikiran maupun gerakan untuk membangun kebangkitan bersama,” jelas putra Wapres RI, KH. Ma’rif Amin itu.
Figur yang kental dengan dunia seni itu menyatakan, eksistensi pesantren dan santri bukan hanya gerakannya. Tapi hasilnya akan terlihat dan perannya betul-betul akan ditunggu.
Gus Syauqi melanjutkan, peran santri dan pesantren bukan hanya mendorong, memberikan motivasi dan inspirasi. Tapi juga menjadi penggerak dan penyambung kekuatan ekonomi sendiri.
“Karena kemandirian tidak yang tidak bersinergi akan punah, kemandirian akan kuat jika bersinergi,” terangnya.
“Saya sering mengistilahkan pengendalian ekonomi umat itu artinya membangun kekuatan ekonomi umat. Kekuatan itu bukan hanya berkaitan dengan produk tapi manajemen yang profesional,” imbuhnya.
Memori Nahdlatut Tujjar
Di forum yang sama, Kepala Pesantren Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid mengatakan, pesantren adalah lembaga pengkaderan. Sasaran antaranya, tafaqquh fiddin (pemaham keagamaan). Sedangkan sasaran ujungnya, melakukan peran kemasyarakatan, peran perjuangan dalam rangka melakukan perbaikan di masyarakat.
Saat ini, aktualisasi pesantren bukan sekedar dalam pendidikan dan pengajaran. Tapi juga dalam beberapa fungsi lainnya. Yaitu fungsi pengkaderan, fungsi pelayanan pada masyarakat dan fungsi dakwah, termasuk di dalamnya yang sangat relevan adalah ekonomi.
Pria yang juga bendahara Hebitren ini lalu menyebut sejarah kebangkitan santri tahun 1900-an. KH Wahab Chasbullah membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berubah menyongsong perkembangan zaman dengan mendirikan Taswirul Afkar.
Kemudian juga mendirikan Nahdlatul Wathan untuk membangkitkan kecintaan pada tanah air. Dan Nahdlatut Tujjar sebagai kebangkitan para pelaku usaha dan bisnis.
“Saya kira sangat relevan dan penting di era melenial, semua orang yakin bahwa 2045 bagi Indonesia adalah daun kebangkiatan. Sehingga kita menyebutnya bersama-sama dengan Indonesia emas 2045,” ujar pria yang juga Rektor Unuja Probolinggo ini.
Berdasarkan data Hebitren, sedikitnya terdapat 30 ribu pesantren yang tercatat di Kementerian Agama dengan total santri mencapai 18 juta. Di Jatim, terdapat 4.771 pesantren dengan 966.430 santri berdasarkan Emis Dashboard Dirjen Pendidikan Agama Islam Kemenag.
Di Kabupaten Probolinggo, terdapat sedikitnya 78 pesantren dengan 11.339 santri. Situbondo 186 pesantren dengan 53.087 santri. Dan di Kabupaten Bondowoso 135 pesantren dengan 21.814 santri.
Diketahui, Hebitren adalah organisasi independen dan non partisan, yang dibentuk untuk mendorong akselerasi penguatan ekonomi pesantren. Di Jatim, Hebitren membangun tiga Distribution Center di pesantren, dengan dukungan Bank Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |