Batik 'Ariyo Suwandi', Batik Tulis Ngawi yang Mendunia

TIMESINDONESIA, NGAWI – Produk batik selalu menarik untuk dikenakan oleh siapapun. Mulai dari kemeja, sarung bahkan daster telah banyak yang mengadopsi pola dan coraknya. Dari sekian banyaknya produk batik dan proses untuk membuatnya, batik tulis selalu menjadi primadona bagi pecinta kain batik.
Suwandi, pria asal Desa Banyubiru, Kecamatan Widodaren adalah salah satu pelestari batik tulis di Kabupaten Ngawi. Ia memulai usaha batik sejak tahun 1994. Karirnya sebagai pengusaha batik bermula dari pengalaman kerja dibidang yang sama selama 6 tahun di Solo. Kebetulan di desanya banyak masyarakat yang menggeluti batik tulis, hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuka usaha proses batik secara mandiri.
Advertisement
Proses pembuatan batik tulis di 'Ariyo Suwandi', dalam menjalankan usahanya Suwandi dibantu 15 karyawan (FOTO: M.Miftakul/TIMES Indonesia)
"Awalnya pengalaman kerja di solo selama 6 tahun, kebetulan banyak warga sini yang mbatik, tahun 1994 membuka usaha proses batik," terangnya kepada TIMES Indonesia, Minggu (28/03/21).
Usaha batik yang dinamai 'Ariyo Suwandi' kini telah melejitkan namanya sebagai pengusaha batik asli Ngawi. Batik produksinya pernah beberapa kali diikutkan dalam acara fashion show dan pameran baik di Ngawi atau diluar daerah. Tidak hanya itu, ia juga pernah dipercayakan untuk membuat seragam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Ngawi dengan motif Ngawiyat.
"Sering ikut fashion show, pameran, juga membuat seragam Dekranasda Ngawi," ungkapnya.
Konsumen batiknya banyak dari perseorangan. Namun tidak jarang juga berasal dari instansi atau lembaga yang ingin membuat seragam batik. "Seragam sekolah SD, SMP, MTs kadang juga dari guru," katanya.
Pemasaran batik milik Suwandi tidak hanya di pasar lokal saja, batik 'Ariyo Suwandi' juga telah sampai mancanegara. Dikatakan Suwandi, ia pernah mengirim pesanan batik produksinya hingga Malaysia dan Brunei.
Suwandi menunjukan salah satu produk batik printing miliknya (FOTO: M.Miftakul/TIMES Indonesia)
Untuk memenuhi kebutuhan pasar, batik produksinya tidak hanya berupa batik tulis, melainkan juga batik printing yang diakuinya lebih efisien dan cepat untuk memenuhi permintaan dalam partai besar. Selain itu jenis cap, dan print malam juga tersedia di usahanya itu. Dalam menjalankan usahanya, ia dibantu 15 tenaga kerja yang merupakan tetangga sekitarnya.
Satu lembar kain batik printing berukuran 2 x 2 meter dihargai mulai dari Rp 75 ribu. Sedangkan untuk batik tulis, harganya mulai dari Rp 600 ribu hingga Rp 2 juta tergantung jenis kain dan motifnya.
Untuk membuat batik tulis, dikatakan Suwandi dimulai dengan membuat pola dasar pada kain. Pola yang sudah terbentuk kemudian di canting sesuai motif.Proses berikutnya di tembok dengan malam dan diterusi. Selesai itu, kain batik kemudian di warnai atau dibabar.
"Selesai diwarna direbus, di batik lagi, terakhir di suga. Motif batik tulis sesuai pesanan, mau dibuat Sidomukti atau Gringsing, sesuai pesanan," katanya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |