Ekonomi

UMKM Tempe Jombang Hadapi Pandemi dan Kenaikan Harga Kedelai

Senin, 31 Mei 2021 - 09:22 | 85.90k
Umi Hasanah dan Wiyono saat tengah sibuk membuat tempe didumahnya di Dusun Rejosari, Desa Tinggar, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang (Foto: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Umi Hasanah dan Wiyono saat tengah sibuk membuat tempe didumahnya di Dusun Rejosari, Desa Tinggar, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang (Foto: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Kisah pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) tempe yang mampu bertahan di masa pandemi Covid-19 ditengah lonjakan bahan baku kedelai yang semakin mahal di Dusun Rejosari, Desa Tinggar, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang.

Pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum juga berkesudahan sangat berdampak besar bagi berkembangnya roda perekonomian di masyarakat. Tak hanya karena pandemi harga bahan baku yang semakin melambung tinggi membuat para pengrajin tempe semakin tercekik.

Advertisement

tempe b

Seperti usaha yang digeluti oleh sepangang suami istri Umi Hasanah (48) dan Wiyono (69) warga Dusu Rejosari, Tinggar, Bandarkedungmulyo, Jombang ini, usaha yang sudah ia geluti sejak 19 tahun yang lalu ini sempat hampir gulung tikar akibat pandemi dan harga kedalai yang naik.

"Cobaan paling berat selama 19 tahun yang lalu ya selama ada Corona ini. Hampir mau bangkrut, ditambah harga kedelai semakin hari semakin naik," ungkap Umi Hasanah, kepada TIMES Indonesia saat ditemui dirumahnya. Senin (31/5/2021).

Perputaran uang yang semakin sulit, mulai barang baku mahal hingga pelanggan tidak mau harga kedelai dinaikkan menjadi problem tersendiri.

"Hampir mau menyerah dan pengen usaha lain. Namun, juga bingung mau usaha apalagi dan kasian sama pelanggan. Membuka usaha lagi tentu akan lebih berat," jelasnya.

Jika dulu mereka mampu membeli bahan baku kedelai satu ton bisa untuk persediaan selama 10 hari. Kini, mereka hanya mampu membeli 70 Kg dalam sehari untuk kebutuhan sekali olahan.

"Perputaran uang yang tidak bisa, makanya kami akali agar tetap bisa berwirausaha dengan membeli sedikit demi sedikit," beber wanita paruh baya ini.

Kerja Keras, Pantang Menyerah

Namun, berkat keuletannya dalam bekerja serta didorong dengan ikhtiar yang tak kenal lelah usaha tempe milik Umi Hasanah dan Wiyono tak jadi bangkrut dan gulung tikar.

"Meskipun untung sedikit tidak jadi masalah. Tetap disyukuri yang penting masih diberi rejeki. Memang karena pandemi kita memaklumi, mungkin bukan hanya kami yang merasakan tapi semua sektor merasakannya," jelas Umi Hasanah.

Kini, omset penjualan mereka mengalami penurunan mulai untuk 10 juta perbulan menjadi 7 juta perbulannya. Omset pasti menurun, kini hanya mampu sampai 7 juta paling tinggi selama corona ini.

Kendati demikian, Umi Hasanah dan Wiyono merasa bersyukur karena usahanya tidak sampai gulung tikar. Pihaknya hanya bisa berharap pandemi segera berakhir dan harga kedelai bisa kembali normal.

"Semoga corona cepat hilang dan harga kedelai kembali normal. Semoga pemerintah juga memperhatikan sektor industri kecil dan UMKM di Jombang," harap Umi Hasanah, pengrajin tempe miliknya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES