Sanggar Kinanti Sukses Bangkitkan Pamor Payung Geulis sebagai Ikon Kota Tasikmalaya

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Payung geulis merupakan salah satu ikon Kota Tasikmalaya. Akan tetapi eksistensinya mulai terkikis, seiring perkembangan zaman. Masa keemasan payung geulis terjadi di tahun 1955-1968 di mana pada masa itu payung merupakan salah satu kelengkapan mode mojang priangan pada khususnya atau mojang sunda pada umumnya.
Pemilik Sanggar Kinanti, Eri Aksa mengungkapkan, dulu dirinya berkecimpung dalam bidang seni rupa lukisan kanvas, kerudung, gamis dan lainnya. Pada tahun 2016 mencoba membuat gebrakan karena keinginannya mempopulerkan kembali payung geulis dengan berbagai inovasi. Yakni dengan menggeser fungsi payung yang tadinya untuk menahan hujan dan teriknya matahari, menjadikan payung sebagai aksesoris atau aksen dekor baik indoor maupun outdoor.
Advertisement
Eri Aksa berbincang dengan salah satu pengunjung Sanggar Kinanti di workshopnya Jalan Cisumur, Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. (FOTO: Eri Aksa/TIMES Indonesia)
"Selain itu inovasi yang kami lakukan yaitu dengan mengkolaborasikan beberapa produk khas Kota Tasikmalaya sehingga melahirkan produk baru seperti payung geulis bordir, mendong, brukat, batik dan lainnya," paparnya.
Payung geulis harga dibanderol mulai Rp35 ribu hingga jutaan, menyesuaikan ukuran dan bahan. "Alhamdulillah dengan mengikuti berbagai pameran baik di Kota Tasikmalaya hingga luar kota dan provinsi, lambat laun produk kami dikenal luas hampir ke seluruh nusantara," katanya.
Eri menambahkan, dalam memasarkan produknya dirinya dibantu dengan menggunakan pemasaran online dan pemberitaan dari media baik cetak maupun elektronik yang cakupannya nasional.
Menurutnya, dalam menjalankan usahanya itu harus memiliki prinsip dengan tidak melupakan nilai-nilai tradisi dari pembuatan payung tersebut yang memang dibuat sepenuh hati oleh tangan tangan terampil perajin. Ditambah modifikasi dengan lukisan yang beragam dan model kekinian yang disukai pasar. "Kami juga mencari terobosan dengan membuka pasar baru menggandeng mitra yang bisa diajak kerjasama untuk melestarikan payung geulis," tambahnya.
Eri Aksa melukis pada sebuah payung geulis ukuran raksasa di workshopnya Jalan Cisumur, Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. (FOTO: Eri Aksa/TIMES Indonesia)
Berbagai event pernah dibuatnya salah satunya mengadakan tutorial melukis payung kepada anak-anak sekolah, guru-guru atau siapapun yang ingin belajar sehingga secara tidak langsung eksistensi payung geulis tetap terjaga.
Dari sekian usaha mengenalkan payung geulis kepada masyarakat awam, karyanya tetap bertahan di bisnis payung ini walaupun di masa krisis. Salah satu apresiasi datang dari anggota DPR RI Dedi Mulyadi yang setiap tahun memesan ribuan payung geulis untuk menghias berbagai tempat dan event.
Eri mengajak bagi yang tertarik dengan bisnis manis payung geulis ini atau sekadar melihat langsung pembuatan payung geulis dapat mengunjungi Sanggar Seni Kinanti di Cisumur Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Atau dijumpai di facebook Eri Aksa Heryadi, instragram @eriaksaaa, dan chanel youtube Eri Aksa. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Bambang H Irwanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |