Ekonomi

Raja Porang Indonesia Kembangkan Bisnis Porang di Tengah Pandemi

Rabu, 03 November 2021 - 21:02 | 186.28k
Pasangan suami istri pengembang budidaya Porang, Thomas Raja Sentosa, founder Raja Porang Indonesia bersama Bunda Fifi, istrinya. (Foto: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Pasangan suami istri pengembang budidaya Porang, Thomas Raja Sentosa, founder Raja Porang Indonesia bersama Bunda Fifi, istrinya. (Foto: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BATU – Pertemuannya dengan mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan mendorong Founder Raja Porang Indonesia, Thomas Raja Sentosa menggeluti usaha budidaya tanaman Porang yang sedang naik daun ini.

Di tengah kelesuan perekonomian yang terjadi akibat Pandemi Covid-19 tahun 2020, Raja justru mengembangkan bisnis pertanian ini. Beberapa kali mengalami kegagalan membuat tim, tidak membuat Raja mundur, hingga akhir terbentuk tim yang matang yang mampu mengembangkan budidaya tanaman Porang ini.

Advertisement

“Tim kedua ini Alhamdulillah berisi orang-orang yang senior dan sudah lama mengembangkan bisnis Porang, termasuk salah satunya Pak Dikir yang sudah menekuninya mulai tahun 1986. Saat itu memang belum heboh,” ujar Raja.

Menurutnya, budidaya tanaman porang ini baru booming saat ia sering membuat webinar tentang porang yang selalu terjadwal pada hari Sabtu pukul 19.00. Para pemburu pengetahuan tentang porang sampai memiliki sebutan khusus untuk waktu webinar.

“Waktu Raja Porang Indonesia, ketika ada yang menyebut itu semua sudah paham kalau yang dimaksud adalah hari Sabtu jam 7 malam,” ujar Raja. Awalnya, usaha yang ditekuninya ini fokus dibudidaya, ternyata ia melakukan penelusuran hilir ada upaya monopoli penjualan porang yang merugikan petani.

Raja Porang Indonesia 2

Hingga akhirnya Raja menemui beberapa professor di Universitas Brawijaya dan UGM. “Harus ada pemecahan masalah, kita tidak boleh fokus di ekspor, kalau jalur ekspor ditutup maka selesai sudah industry porang ini,” ujar Raja.

Karena itu itu, Raja mendorong kebangkitan anak negeri untuk mengembangkan produksi porang ini. Pasalnya selama ini produksi porang dikirim keluar negeri dalam kondisi belum sempurna, karena baru terolah 70 persen alias masih berbentuk tepung.

“Dibantu para akademisi akhirnya beliau bersepakat membimbing kita mendirikan pabrik, biar lebih greget dan cost tidak mahal. Kita yakinkan pemerintah bahwa di dalam negeri sudah bisa memproduksi glukomanan level tertinggi,” ujar Raja.  

Raja memiliki konsep bergerak dari atas ke bawah, karena lewat keuntungan pengolahan glukomanan, perusahaannya bisa membiayai petani budidaya porang. Skema ini disambut baik kalangan porang, akademisi dan pemerintahan.

“Kita bikin koorporasi yang benar-benar dibangun anak negeri, dilakukan menggunakan teknik dalam negeri,” ujarnya. Raja Porang Indonesia juga membuat koperasi yang berfungsi untuk melakukan pendampingan petani Porang Indonesia. “Binaan kita ada di seluruh Indonesia, contohnya kalau ada binaan di NTT, kita sudah punya tim disemua daerah,” ujarnya.

Para petani ini dibimbing untuk melakukan budidaya tanam, permodalan hingga memberikan edukasi secara rutin.

“Kita sekarang fokus diproduksi, semua berjalan bagus kita ada beberapa divisi seperti budidaya, olahan, komestik hingga trading,” ujarnya.

Menurutnya hingga saat ini tidak terhitung berapa kelompok tani yang sudah bergabung dengan Raja Porang Indonesia. Namun jumlah Asosiasi Petani Porang di Indonesia yang sudah dirangkul sebanyak 9 asosiasi diantaranya ada 4 asosiasi yang berskala nasional.

“Saya berharap jadi mitra Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Perhutani untuk bersama-sama menciptakan pasar di dalam negeri,” ujarnya.

Menurut Ketua DPW Asprindo (Asosiasi Pengusaha Pribumi Nusantara Indonesia) Provinsi Bali ini kebutuhan porang nasional pertahunnya sebesar 2600 ton tepung glukomanan. Permintaan terbesar tepung ini dari industry besar seperti Bogasari.

Selama ini seperti Bogasari mengimpor tepung dari luar negeri. Raja Porang Indonesia mendorong pengelolaan tepung glukomanan secara maksimal agar bisa memenuhi permintaan penggunaan tepung ini dalam negeri.

“Kita mendorong supaya ada industri hilir glukomanan, ini adalah peluang besar, kita tidak harus berkompetensi tapi harus berkolaborasi, karena persaingan antar pabrik yang keras akan merugikan petani,” ujarnya.

Harga porang yang ideal menurutnya berkisar antara Rp6000 hingga Rp7000. Harga ini sudah memberikan keuntungan lebih untuk petani, tapi juga membuat pabrik tidak mengeluh. Berbeda saat harga Porang mencapai Rp14 ribu perkilogramnya yang membuat pabrik kelabakan.  

Sementara harga Katak, harga bibit porang yang cukup tinggi sekitar Rp750 ribu perkilogramnya menyebabkan cost budidaya porang juga naik.

Mengantisipasi permainan tengkulak, pihaknya mengkolaborasikan keberadaan Koperasi Sentra Porang Indonesia dengan Asosiasi Porang.

“Selain itu sekarang banyak berita negative, banyak media seperti menggodok menjadi isu politik, saya berharap ke depan melalui asosiasi ini, bisa dilakukan edukasi yang bisa tersalurkan kepada petani, sehingga petani tidak terpengaruh pada isu yang tidak benar,” ujarnya.

Pihaknya menyebut saat ini stok umbi porang saat ini masih ribuan ton dengan luasan lahan kurang lebih 36 ribu hektar. “Masih ada potensi 20 sampai 40 persen lagi, sebenarnya kita masih kekurangan produksi tanam, bukan over supply, belum, karena itu petani jangan sampai panik, kita masih cukup pasokan,” ujar Raja.

Ia mengatakan petani porang adalah petani merdeka, karena harga tidak terpengaruh pasar, karena petani bisa menunda panen. Berbeda dengan komoditas pertanian lainnya, ketika dilakukan penundaan panen, justru kualitas Porang akan semakin bagus dengan kandungan glukomanan yang bagus.

“Porang bisa dipakai untuk makanan, kosmetik, farmasi, kimia, dibidang otomatif dipergunakan oleh tesla dan boeing. Juga dipakai untuk obat menurunkan berat badan healty food,” ujar Founder Raja Porang Indonesia sembari menyebut luasan lahan porang di Malang Raya berkisar 700 hektar. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES