Keren, Kerajinan Akar Jati Blora Tembus Pasar Luar Negeri

TIMESINDONESIA, BLORA – Hampir 50% wilayah di Kabupaten Blora, Jawa Tengah terdiri dari kawasan hutan Jati. Tak heran jika daerah yang terkenal dengan sebutan Bumi Samin ini, banyak bermunculan usaha yang fokus terkait pengolahan hasil hutan.
Hasil hutan berupa kayu jati, diolah menjadi beragam jenis. Mulai dari properti, furniture, souvenir, kuliner, lukisan, bahkan pembungkus makanan. Tak heran daerah yang juga dikenal sebagai sumber minyak ini, juga memiliki sentra oleh-oleh kerajinan khas Jati.
Advertisement
Salah satu pengusaha milenial Kota Blora yang berkecimpung di usaha pengolahan limbah kayu Jati, yakni Tri Agung Prasetyo. Pengusaha muda ini pun menceritakan bagaimana perjalanan usahanya yang ditekuni kepada Times Indonesia, Minggu (26/12/2021).
“Sejak lulus kuliah 9 tahun lalu, saya tidak kepikiran untuk melamar kerja. Jangankan melamar kerja di kota besar, mendaftar kerja di daerah sendiri saja juga tidak kepikiran,” ujar Tri Agung mengawali obrolannya.
Tria Agung rajin mengikuti pameran baik skala local, nasional dan internasional, sebagai salah satu upaya meningkatkan branding image dan menjaring buyer. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)
Sebab selepas lulus kuliah, Tri Agung saat itu harus menjaga dan mendampingi kedua orang tuanya yang kondisinya sedang drop. Monte sapaan akrab Tri Agung, mengaku suka pekerjaan yang bebas dan tidak mengikat.
"Saat berkuliah dulu sempat ikut EO dan aktif ikut lomba sebagai atlet bilyard. Dari sana, saya merasa bahwa pekerjaan yang asik, ada tantangan serta bebas berkarya dan tanpa batas ya berwiraswasta," terangnya, sembari berkelakar bahwa ijasah sarjana yang dimiliki tidak pernah digunakan sama sekali.
Pengusaha lajang yang kini berusia 34 tahun tersebut, memulai usaha dengan modal pinjaman koperasi keliling alias bank titil. Tahun 2012 lalu, awalnya ia menjadi sales kerajinan tunggak Jati setengah jadi.
“Saya menjual produk karya pengrajin di sekitar Blora ke Jepara. Kalau tidak laku ya barang dikembalikan. Nah untuk support akomodasi dan wara wiri, saya pinjam Rp1,5 juta dari bank titil atau bank plecit," bebernya sambil tertawa.
Tak puas menjadi sales, Monte kemudian mengembangkan usahanya dengan memproduksi sendiri kerajinan akar tunggak. Produknya seperti ukir-ukiran, souvenir asbak, toples, tempat tisue, meja, kursi, dan produk lainnya.
“Kini item produk di katalog saya ada 160 jenis. Harga termurah Rp100 ribu," paparnya.
Karena tingginya permintaan, Monte mengandalkan bahan baku dari Blora dan daerah lainnya. Limbah akar dari Blora hanya mampu memenuhi 40% saja. “Sedangkan sisanya ambil bahan dari Sulawesi, Jawa Barat dan Jawa Timur. Meskipun secara kualitas sedikit beda," ucapnya.
Sebagai pengusaha akar jati yang sudah berkecimpung selama 9 tahun, Monte mengakui bahwa Kabupaten Blora tetap penghasil Jati kualitas terbaik.
"Kualitas kayu jati itu beda beda. Beda kabupaten saja motif serat, bentuk akar dan kualitas kayu kelihatan banget berbeda. Ya kalau boleh menilai, memang kualitas kayu jati Blora memang paling bagus di dunia,” imbuhnya.
Usaha yang digeluti Tri Agung kini memiliki 160 item produk kerajinan kayu jati. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)
Dalam mengembangkan usaha, pemilik akun instagram @suryajati ini tidaklah berdiri sendiri. Puluhan orang pekerja membantunya mempersiapkan pesanan masuk, baik nasional maupun internasional
Dalam produksinya, ia dibantu 26 orang pekerja tetap dan 9 orang pekerja freelance. Pria yang hobi motor dan kerap kali menjadi promotor road race mengusung nama Surya Jati Racing ini, mengaku bahwa marketing tak menjadi soal dalam mengembangkan usaha, karena saat ini dirinya sangat terbantu dengan teknologi.
"Selain keliling dan menawarkan langsung ke konsumen, saya aktif sekali gunakan marketplace untuk mendongkrak penjualan. Awal kenalnya buyer (pembeli) luar negeri, karena aktif pasang iklan di marketplace seperti e-Bay dan Amazone,” ungkapnya.
Monte juga rajin mengikuti pameran baik skala lokal, nasional dan internasional. Alasannya, pameran juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan branding image dan menjaring buyer.
Selain dibantu pemasaran melalui teknologi, ia pernah ikut pameran seperti Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) di Jogja Expo Center. Kemudian Jakarta Internal Expo JIExpo.
“Lumayan untuk menambah buyer, terutama pembeli luar negeri maupun nasional,” cetusnya.
Terkait pengalaman menarik dan masalah dalam usaha, Ia pun tak menampik bahwa hal seperti itu ada, dan menjadi pengalaman dalam berwiraswasta.
"Pengalaman menarik saya yakni pernah memajang satu meja akar di Etsy laku 40 juta dibeli orang luar negeri. Seneng banget. Kalau masalah dalam usaha, saya pikir yang paling berat konflik management internal. Namun syukur itu sudah berlalu dan kini tinggal jalan mengalir saja,” paparnya.
Monte yang pernah diundang ngopi selama seminggu di Amerika oleh buyer asal Negara Paman Sam pada tahun 2015, mengaku bahwa putaran assetnya naik menjadi miliaran Rupiah.
"Dari modal utang 1,5 juta, menjadi aset miliaran. Kalau diceritakan mustahil bagi yang tidak melihat perjuangan seseorang secara langsung," celetuknya.
Terkait pesan untuk rekan sebaya ataupun adik adik yang sibuk mau kemana, Monte pun tidak berani memberi tips, namun dirinya hanya ceritakan prinsip yang dianutnya.
"Bagi saya, hidup apa adanya, ga usah berfikir jadi apa. Tidak perlu ada yang diubah, alami saja. Intinya saya didik untuk cari makan sendiri dengan apa yang pernah saya lihat. Dari situ saya diberikan kebebasan dalam melangkah. Dan semakin keras ketika menggeluti naik turunnya dunia bisnis," ucap pengusaha limbah kayu Jati ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |