Produk Kerajinan Akar Jati Mendominasi Ekspor UMKM Blora

TIMESINDONESIA, BLORA – Salah satu produk UMKM Kabupaten Blora yang telah menjangkau pasar ekspor luar negeri, adalah kerajinan bonggol akar jati. Untuk bisa menembus ekspor, tentunya membutuhkan proses panjang dan kualitas kerajinan yang bagus.
Seperti yang dilakukan Tri Agung Prasetyo, perajin bonggol akar jati, asal Desa Tempelemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Berkat beragam karyanya, produknya mampu mendongkrak popularitas Kabupaten Blora di dunia internasional.
Advertisement
Di tengah kesibukan mempersiapkan produk yang akan diekspor, Tri Agung Prasetyo pun menceritakan proses pengiriman kerajinan bonggol akar jati tersebut.
"Ini dua kontainer untuk kawasan Timur Tengah, Riyadh dan kawasan Amerika Latin, yakni negara Panama. Untuk Riyadh ini order ketiga kalinya. Kalau Panama malah sudah ke tujuh kalinya," ujar Tri Agung, Sabtu (8/1/2022).
Tri Agung Prasetyo, perajin bonggol akar jati asal Desa Tempelemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)
Selama melakukan ekspor, Tri Agung memiliki 15 buyer dari 8 negara. Antara lain, Portugal, Amerika, Arab, Dubai, Perancis, Brasil, Panama, Portugal. Dalam transaksi pembayaran, dilakukan sistem penjualan cash dan tidak ada retur.
"Order awal DP 50 persen dan sisanya pas sehari sebelum dikirim. Tidak ada sistem tempo bayar atau retur alias beli putus. Termasuk ketika ada overload juga diganti sama buyer," terang wiraswastawan yang sudah bergelut di dunia kayu jati sejak tahun 2012.
Menurut Tri, bisnis yang digelutinya memiliki acuan standar. Meskipun motif akar sedikit beda, namun harus ada kemiripan. Tidak semua negara standarnya sama, misal Paris yang hanya menerima produk jati, adapula beberapa negara yang melarang produk produk kayu tertentu.
Untuk bisa menembus ekspor, tentunya membutuhkan proses panjang dan kualitas yang bagus. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)
"Kerajinan akar jati itu berkembang pesat. Ada yang diolah menjadi patung, properti rumah seperti meja, kursi, almari, pintu, sketsel, jendela, hingga souvenir dan hiasan rumah. Bahkan kini ada pula yang dipadupadankan dengan olahan kaca, besi, resin," bebernya.
Pengusaha berusia 35 tahun tersebut juga mengingatkan bahwa tingkat kekeringan kayu sangatlah penting ketika akan diekspor.
"Untuk kualitas kayu ada standarnya, terutama mengenai tingkat kekeringan kayu atau kadar air. Untuk kayu yang kadar air tinggi tidak mungkin diekspor. Karena ketika di dalam kontainer yang suhunya panas, produk akan mudah berjamur," paparnya.
"Cuma sayangnya, di Blora tidak ada perusahaan oven modern. Jadi barang saya kirim ke Jepara dulu untuk numpang oven. Saya bawa ke sana satu truk sekali oven," ungkap pemilik UMKM di Kabupaten Blora yang bergerak di bidang kerajinan bonggol akar jati ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |