Gerabah Arum, Kerajinan Turun Temurun di Purwoasri Pacitan yang Terus Raup Untung

TIMESINDONESIA, PACITAN – Siapa sangka berkat ketekunan dalam usaha, Rining Astuti (33) warga Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terus meraup keuntungan Rp30 juta.
Saat ditemui, perempuan yang disapa akrab Rining bercerita sejak lima tahun terakhir usahanya berkembang pesat. Ia selalu berinovasi mengikuti permintaan pasar. Bahkan penjualannya hingga ke luar Kota Pacitan.
Saat ditemui, perempuan yang disapa akrab Rining bercerita sejak lima tahun terakhir usahanya berkembang pesat. Ia selalu berinovasi mengikuti permintaan pasar. Bahkan penjualannya hingga ke luar Kota Pacitan.
Advertisement
"Gerabah Arum ini terkenal sudah lima tahunan terakhir. Saya keturunan ke tujuh dari nenek moyang. Awalnya ikut memasarkan produk melalui BBM. Kalau ada event sering ikut pameran bazar. Jadi belum produksi sendiri," katanya, Minggu (06/02/2022).
Melihat finishing interior rumah patung bersama karyawan Gerabah Arum. (FOTO: Suci Fitriani For TIMES Indonesia)
Beberapa waktu kemudian, melihat respons pasar yang cukup baik, Rining mulai bangkit untuk produksi sendiri.
"Saat itu sekitar tahun 2014-2015. Melihat peluang pasar bagus, dari situlah saya bangkit untuk memulai usaha mandiri. Alhamdulillah bisa sampai sekarang," imbuh Rining.
Lebih lanjut Rining Astuti menjelaskan proses pembuatan gerabah membutuhkan waktu lima hari sampai seminggu. Baru kemudian siap dijual. Tidak sendiri, ia dibantu oleh tiga karyawan berpengalaman.
"Hal itu tergantung dari tingkat kerumitannya. Bisa lima hari jika cuaca bagus. Bahkan dua minggu. Saya dibantu tiga karyawan tetap yang memiliki keahlian khusus membuat gerabah. Disini juga menjadi tempat pengepulan," terangnya.
Di gerai Gerabah Arum milik Rining Astuti ini, anda bisa mencari berbagai perabotan rumah tangga. Ada juga hiasan untuk mempercantik tampilan rumah hingga patung yang sangat bagus. Bahkan permintaan wastafel melonjak sejak tahun 2019 awal pandemi Covid-19.
Dari omzet yang ia peroleh mampu mencukupi kebutuhan, menggaji karyawan dan biaya produksi. “Banyak buat beli bahan baku, buat promosi, bayar tenaga karyawan dan sebagainya," ucapnya.
Rining pun berharap, ke depan masih bisa melestarikan warisan budaya kepada generasi muda agar tidak terputus akar. "Semoga kerajinan gerabah ini terus berkembang. Karena ini termasuk aset dari leluhur untuk dipertahankan," tuturnya.
Sementara itu, Ninik (42) seorang karyawan Gerabah Arum mengaku terkendala pada kelangkaan bahan. Belum lagi masih menggunakan alat sederhana.
"Bahan baku tanah liat mulai langka. Yang sulit kalau membuat model vas bunga, patung, mainan anak dan kendi. Alatnya masih tradisional, sehari kalau bentuknya simpel bisa bikin 50-an gerabah. Tapi harus tetap ekstra telaten," jelas Ninik.
Produk Gerabah Arum Purwoasri, Pacitan ini harganya bervariasi. Dari harga Rp2 ribu hingga jutaan rupiah sesuai bentuk dan keunikannya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |