Ekonomi

Manfaatkan Peluang Bisnis Kok, Warga Tegal Ini Rela Pesan Bulu Angsa dari China

Rabu, 09 Februari 2022 - 18:56 | 159.62k
Junaedi (46) saat menerima salah seorang pembeli asal Jakarta (FOTO: Cahyo Nugroho For TIMES Indonesia)
Junaedi (46) saat menerima salah seorang pembeli asal Jakarta (FOTO: Cahyo Nugroho For TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TEGAL – Junaedi (46) asal Desa Pagongan Kecamatan/Kabupaten Tegal memilih memproduksi Kok atau bola dalam permainan badminton. Selain memang hobi olah raga bulutangkis, ia juga pernah menggeluti profesi sales untuk penjualan shuttlecock di wilayah Jabotabek

Bola dalam permainan badminton telah ada sejak abad ke 16 di Inggris dan istilah shuttlecock, atau bisa kita menyebutnya dengan singkat cock, terbuat dari rangkaian bulu angsa yang disusun membentuk kerucut terbuka, dengan pangkal berbentuk setengah bola yang terbuat dari gabus

Advertisement

Jadi menurut berbagai sumber, asal sebutan shuttlecock sendiri berasal dari gabungan kata shuttle yang merujuk pada pergerakan bolak-baik bola saat ditepok oleh para pemain. Bahkan di Indonesia sendiri ada beberapa wilayah yang memproduksi kok, baik industri maupun home industri yakni Jawa Timur dan di Tegal Jawa Tengah.

Junaedi-2.jpg

Salah satu pengusaha kok di Tegal adalah Junaedi. Awalnya, karena pergolakan hidup, profesi sales yang dijalaninya tak semulus yang diharapkan membuat ia memutuskan banting setir kembali ke daerah asalnya dan menghapus angan-angan untuk merantau ke luar daerah.

Ia pun beralih membuka home industri pembuatan Shuttercock di rumahnya. Bahkan dalam perjalanan sejak merintis usahanya hingga saat ini karyawan yang dimilikinya bertambah. Berawal hanya dua dan tiga orang, saat ini mencapai 16 orang dan rata-rata adalah orang sekitar yang tinggal dekat rumahnya

Memang tidaklah mudah menggapai kesuksesan. Pasalnya saat ini stok untuk bulu angsa sebagai bahan baku kok, di wilayah Kabupaten dan Kota Tegal semakin sulit didapat. Belum lagi cuaca ekstrem yang kurang mendukung belakangan ini.

Namun, untuk menyiasati kondisi ini, Junaedi tak mau kehilangan akal. Melalui koleganya di luar negeri stok bulu angsa mampu Ia peroleh meskipun harus membayar dengan biaya yang cukup mahal dan kuantiti pembelian dalam jumlah besar.

"Biasa saya kalau pesan setiap bulan untuk bulu angsa mencapai 250 Karton untuk per karton 13.5 Kg, tetapi itupun masih kurang untuk memenuhi pesanan," ujarnya saat ditemui TIMES Indonesia di kediamannya.

Seiring perjalanan usahanya yang telah dijalani selama 3 tahun ini, Junaedi berharap pemerintah memberikan kelonggaran bagi usaha home industri di wilayahnya maupun di wilayah desa lain yang memproduksi kok.

menerima-salah-seorang-pembeli-asal-Jakarta.jpg

Pasalnya untuk memenuhi banyaknya permintaan. ia dan rekan lainnya patungan untuk memenuhi pembelian bulu angsa dari China. Belum lagi soal gabus, itu pun hingga kini masih dipasok dari luar negeri. Juga pengadaan mesin open dan mesin test kok, semua dapat dibuatnya sesuai kebutuhan.

"Kalau saja pemerintah sedikit peduli, dan usaha milik masyarakat ini berjalan normal bisa dibayangkan berapa ratus orang mampu dipekerjakan dan ini mampu meningkatkan perekonomian dan UMKM, " pungkasnya.

Memang tidak dipungkiri, untuk memenuhi pesanan atau order satu wilayah saja sampai 6000 kok dan ini menandakan bahwa produk ini masih diminati masyarakat, sehingga peluang usaha tersebut sangat disayangkan bila harus terkikis perkembangan jaman.

Padahal hampir semua orang mengetahui, bila Kabupaten dan Kota Tegal adalah penghasil kok terbesar sejak eranya dahulu, bahkan hasil produksinya tidak kalah dengan daerah lain. Apalagi Tegal juga memiliki atlet Bulutangkis Nasional yakni Simon Santoso. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES