
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Sleman mengadakan Gelar Pangan Murah di 17 Kapanewon. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Presiden RI Joko Widodo kepada pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan pengendalian inflasi akibat penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Bupati Sleman Kustini turut menghadiri Gelar Pangan Murah tersebut di Kantor Kapanewon Godean, Selasa (4/10). Kustini berharap, kegiatan ini dapat membantu serta meringankan beban masyarakat dengan kenaikan harga BBM tersebut.
Advertisement
“Sementara ini sudah dibagikan di sepuluh kapanewon. Ini diutamakan untuk masyarakat miskin dan rentan miskin, tapi nanti juga tidak menutup kemungkinan dibagikan kepada masyarakat umum," jelas Kustini.
Kepala Disperindag Pemkab Sleman, RR Mae Rusmi Suryaningsih menerangkan kegiatan ini dilakukan di seluruh kapanewon yang mana untuk setiap kalurahan mendapatkan jatah sebanyak 232 kupon.
“Kegiatan ini dilakukan dengan sistem penjualan paket sembako seharga Rp87.500 per paket. Tiap paket berisi empat macam barang. Diantaranya, beras 5 kg, minyak goreng 1 liter, gula pasir 1 kg, telur 1 kg. Kami bekerjasama dengan beberapa pihak, seperti Bulog Divre Yogyakarta, Distributor PT Lestari Berkah Sejati dan Jogja Telur,” jelas Rusmi.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) DIY mencatat inflasi yang dialami DIY tercatat terendah dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa disaat tekanan harga menguat. Berdasarkan data BI DIY, Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY pada September 2022 mencapai 1,05 persen (mtm). Hal ini menjadikan secara tahunan inflasi DIY di 2022 berada pada level 6,81 persen (yoy).
“Pada akhir triwulan III 2022, DIY alami inflasi setelah sebelumnya alami deflasi secara bulanan. Namun demikian, capaian inflasi bulanan DIY lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di Jawa,” jelas Kepala Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan.
Budi menyebut, inflasi DIY pada September 2022 didorong oleh kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) dan kelompok inflasi inti (core inflation). Sedangkan, kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) mengalami deflasi. Inflasi terutama bersumber dari dampak langsung kenaikan harga BBM. Disisi lain, komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai merah, dan minyak goreng melanjutkan deflasi, yang mana menahan laju inflasi yang lebih tinggi.
Harga bawang merah di tingkat konsumen di DIY pada September mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan panen di daerah sentra produksi bawang merah dan didukung oleh cuaca yang kondusif. Berdasarkan Pusat Harga Pangan Strategis (PIHPS) BI, rata-rata harga bawang merah di DIY pada September 2022 mencapai Rp 30,4 ribu perkilogram. Harga tersebut turun dari Agustus 2022 yang mencapai Rp36,65 ribu perkilogram.
Sedangkan untuk komoditas cabai merah, masih mengalami penurunan harga pada September. Hal ini seiring dengan meningkatnya pasokan cabai merah karena musim panen, termasuk panen cabai di Kabupaten Sleman.
Berdasarkan PIHPS BI, rata-rata harga cabai merah di DIY pada September 2022 mencapai Rp 62,85 ribu perkilogram. Harga itu lebih rendah dibandingkan Agustus yang mencapai Rp 63,95 ribu perkilogram.
“Beberapa komoditas lainnya yang menyumbang deflasi antara lain minyak goreng dan daging ayam sebesar -0,02 persen (mtm)," tambah Budi.
Budi menjelaskan, secara keseluruhan inflasi DIY di 2022 diperkirakan meningkat dibandingkan 2021. Perkiraan tersebut utamanya disebabkan oleh permintaan domestik yang membaik dan transmisi harga global ke domestik yang berlanjut.
“Dalam rangka antisipasi resiko inflasi, BI bersama dengan TPID DIY terus melakukan serangkaian kegiatan untuk memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif," jelas Budi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |