Ekonomi

Pasar Luar Negeri Mulai Lirik Pangan, Produk Lokal Sangat Terbuka untuk Ekspor

Jumat, 21 Oktober 2022 - 21:16 | 21.79k
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti. (FOTO: Antara.com)
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti. (FOTO: Antara.com)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Perang Rusia-Ukraina dan inflasi ternyata berpengaruh pada penurunan ekspor produk dari Indonesia termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Inflasi juga mempengaruhi daya beli buyer luar negeri, sehingga banyak juga yang menunda ekspor,” jelas Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti, Jumat (21/10/2022).

Oleh karena itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY tengah menggali potensi ekspor produk pangan. Hal itu karena terjadi penurunan ekspor di DIY.

“Saat ini kami sedang menggali potensi produk pangan. Karena negara-negara luar ini saat ini mulai melirik pangan, mana saja kira-kira pangan dari DIY yang bisa diekspor akan kita kembangkan," jelasnya.

Syam Arjayanti mengungkapkan potensi produk olahan pangan dari DIY sebenarnya cukup banyak dan inovatif. Produk makanan UKM juga sudah banyak yang memiliki standardisasi produk minimal seperti Halal, PIRT dan BPOM.

Menurutnya, produk olahan pangan dari DIY bisa masuk ke pasar luar negeri, meskipun belum semua bisa masuk terutama di Amerika, Eropa, dan Timur tengah karena standarisasi produk lebih rumit.

"Selama ini yang perlu ditingkatkan adalah kapasitas produk dan kemasan. Terkait kapasitas produk, perlu peningkatan teknologi pengolahan pangan," tuturnya.

Saat ini, lanjut Syam Arjayanti, sudah ada beberapa produk pangan yang diekspor ke luar negeri. Namun jumlahnya masih dalam kapasitas kecil, seperti kripik pisang, wedang uwuh, dan beberapa makanan lainnya.

"Memang saat ini ekspor andalan masih pakaian jadi tekstil, furniture, dan sarung tangan kulit. Namun produk olahan pangan ini juga sudah ada yang diekspor, meskipun kapasitasnya kecil," ujarnya.

Sedangkan, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Sugeng Arianto, mengungkapkan meski mengalami penurunan, namun nilai ekspor pada Agustus 2022 lebih tinggi dibandingkan 2021 lalu. Ia mencatat ada kenaikan sebesar 6,83 persen.

"Secara kumulatif, nilai ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta Januari–Agustus 2022 mencapai US$401,6 juta atau naik 16,85 persen dibanding periode yang sama tahun 2021," ungkapnya.

Sugeng menambahkan tujuan negera ekspor terbesar adalah Amerika Serikat US$19,6 juta, disusul Jerman dan Australia masing-masing sebesar US$3,7 juta. Kontribusi ketiganya mencapai 57,57 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa sebesar US$11,7 juta dan ASEAN sebesar US$1,1 juta.

Sebelumnya, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji mengungkapkan pasar internasional sebenarnya cukup terbuka, karena itu peran pemerintah daerah baik DIY maupun kabupaten/kota sangat besar terutama untuk mencarikan peluang pasar. “Kalau perlu kita fasilitasi pameran-pameran di dalam maupun di luar negeri dan kita datangkan buyer dan luar,” terang Aji.

Selain itu Aji juga menjanjikan untuk melakukan pembinaan terhadap para eksportir dan pedagang. Pembinaan bisa melalui bimbingan teknis maupun dari permodalan bagi para petani untuk bisa memproduksi lebih baik dan lebih banyak. Dengan begitu,  para pelaku eksportir  bisa mencukupi komoditas yang dibutuhkan sesuai dengan pesanan.

“Perbankan sudah kita minta berpihak kepada para petani dan pengrajin terutama UMKM baik itu BPD maupun bank himbara. Dan mereka sudah siap untuk menyediakan kredit lunak yang bisa diakses oleh teman-teman petani dan perajin,” ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES